Senin, 12 Januari 2015

MAKALAH PENGAJARAN KETRAMPILAN MEMBACA DI SEKOLAH

BAB 1
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan,  manusia membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya. Hal ini berarti bahwa manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya.Manusia perlu adanya interaksi berupa komunikasi untuk menghadapi berbagai persoalan dalam hidup ini salah satu komunikasi itu adalah lewat membaca agar kita  mampu mengetahui  informasi  yang terkandung didalam isibacaan, yang ditampilkam begitu beragam dalam media.
Kita harus menyadari bahwa membaca mempunyai peranan sosial yang sanagt penting dalam kehidupan manusia sepanjang masa. Mengapa demikian? Pertama, membaca itu merupakan suatu alat komunikasi yang sangat di perlukan dalam suatu masyarakat berbudaya. Kedua bahan bacaan yang dihasilkan dalam setiap kurun kurun zaman dalam sejarah sebagian besar dipengaruhiu oleh latar belakang sosial tempatnya berkembang itu. Ketiga, sepanjang masa sejarah yang terekam, membaca telah mebuahkan dua kutub yang amat berbeda. Kutub itu adalah di satu pihak dan di pihak lain.
Disatu pihak, membaca merupakan suatu pemersatu yang baik, karena cenderung mempersatukan  pengalaman umum yang seolah-olah dialami sendiri dan dengan menanamkan sikap-sikap, ide-ide, minat-minat, dan aspirasi-aspirasi umum. Dipihak lain, membaca itu telah bertindak sebagai suatu daya pemecah belah, yang senderung mempertajam perbedaan perbedaan-perbedaan antar  lompok sosial dengan jalan merangsang serta mempertebal perbedaan pendapat-pendapat mereka. Demikianlah ,membaca itu telah mebuahkan kutub-kutub yang baik yang kontruksif maupun destruksif. 


Kita sebagai calon guru dibidang bahasa dan guru harus belajar membaca dan mengajar secara intensif. Ini tuntutan profesi kita. Kita harus belajar membaca untuk menambah ilmu pengetahuan kita sendiri, dan kita harus mengajar membaca untuk menerapkan ilmu pengetahuan kita kepada para siswa disekolah sebagai penerus bangsa di masa yang akan datang.
  1. Perumusan masalah
Ada beberapa rumusan masalah dalam materi Keterlampilan Membaca ini, di antaranya adalah sebagai berikut :
1.      Hakikat dan pengertian Membaca.
2.      Apa saja yang termasuk tujuan dan aspek-aspek membaca.
3.      Apa saja yang termasuk Faktor-Faktor yang mempengaruhi membaca.
4.      Upaya Meningkatkan minat baca Anak didik.
5.      Apa saja yang termasuk dalam aneka jenis membaca.
  1. Tujuan
1.      Mengetahui Hakikat dan pengertian Membaca.
2.      Mengerti dan memahami Apa saja tujan dan  aspek-aspek membaca.
3.      Mengerti dan memahami Faktor-Faktor yang  mempengaruhi membaca.
4.      Mampu Meningkatkan minat baca Anak didik.
5.      Mengerti dan memahami Apa saja yang termasuk dalam aneka jenis membaca.







BAB II
PEMBAHASAN
  1. Hakikat Membaca
Membaca adalah salah satu dari empat keterlampilan berbahasa. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (hodgson dalam H.G Tarigan 1960 : 43-44).
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan berbicara dan menulis justru melibatkan penyadian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral languange meaning) yang mencakup perubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. (Anderson dalam H.G Tarigan 1972: 209 – 210).
Berdasarkan beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses berpikir yang termasuk didalamnya menceritakan, menafsirkan arti dan lambang-lambang tertulis dengan melibatkan penglihatan gerak mata, pembicara batin, dan ingatan.
  1. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intesif kita dalam membaca. Berikut ini, kita kemukakan beberapa hal yang penting :
a)      Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh.
b)      Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh.
c)      Membaca untuk menemukan serta mengetahui  apa yang terjadi pada setiap bagian cerita.
Sedangkan menurut Rahim (2008 : 11) mengutip pendapat balnton, dkk dan Irwin dalan Burns dkk (1996) menyebutkan tujuan membaca meliputi :
a)      Kesenangan
b)      Menyempurnakan membaca nyaring.
c)      Menggunakan strategi tertentu.
d)     Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik.
e)      Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya.
f)       Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis.
g)      Mengkonfirmasi atau menolak prediksi.
h)      Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain.
i)        Menjawab pertanyaan –pertanyaan yang spesifik.

C.     Aspek-aspek Membaca
Telah diutarakan sebelumnya  bahwa membaca merupakan suatu keterlampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterlampilan yang lebih kecil lainnya. Secara garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca yaitu :
a)      Keterlampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order).
Aspek ini mencakup :
1.      Pengenalan bentuk huruf;
2.      Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata , frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain);
3.      Pengenalan Hubungan/ korespondensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”);
4.      Kecepatan membaca taraf lambat.
b)      Keterlampilan yang bersifat pemahaman (compherension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order).
Aspek ini mencakup :
1.      Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal);
2.      Memahami signifikasi atau makna (a.l maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca);
3.      Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk);
4.      Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.  (Broughton  (et al) dalam H.G Tarigan 1978:211)
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca
A) Faktor umum yang Mempengaruhi Minat Membaca
Rounded Rectangle: INTERNALRight Arrow:                   Rounded Rectangle: Faktor yang berasal dari dalam diri siswaSecara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat baca siswa yaitu :

              
Rounded Rectangle: Faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Rounded Rectangle: EKSTERNAL
Right Arrow:
 


B) Faktor khusus yang Mempengaruhi Minat Membaca
Selain dipengaruhi oleh faktor umum yang telah disebutkan, ada juga secara khusus dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
Rounded Rectangle: Faktor 
Sosiologis
Rounded Rectangle: Faktor 
Sosiologis
Rounded Rectangle: Faktor 
Khusus
 






C) Faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca menurut Pearson
Pearson mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan serta minat baca dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori, yakni :
a)         Faktor yang bersifat intrinsik (berasal dari dalam diri pembaca), antara lain meliputi kepemikiran kompetensi bahasa si pembaca, minat, motivasi, dan kemampuan yang membacanya.
b)         Faktor yang bersifat ekstrinsik (berasal dari luar pembaca), antara lain unsur-unsur yang berasal dari dalam teks bacaan (misal keterbacaan, organisasi teks, wacana) dan unsur-unsur yang berkenaan dengan fasilitas, guru, model pengajaran.
  (pearson dalam hafni, 1981: 2-3)
E. Upaya Meningkatkan Minat Membaca Anak Didik
      Setiap guru bahsa haruslah dapat membantu serta membimbing para pelajar untuk mengembangkan serta meningkatkan keterlampilan-keterlampilan yang mereka butuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan keterlampilan membaca itu antara lain :
a.    Guru dapat menolong para pelajar memperkaya kosa kata mereka dengan jalan :
1. memperkenalkan sinonim kata,antonim kata, parafrase,
2. memperkenalkan imbuhan, yang mencakup awalan,sisipan dan akhiran.
3. menjelaskan arti sesuatu kata abstrak dengan mempergunakan bahasa daerah atau bahasa Ibu pelajar.
b.   Guru dapat membantu para pelajar untuk memahami makna struktur-struktur kata,kalimat, dan sebagainya dengan cara-cara yang telah dikemukakan diatas, disertai latihan seperlunya.
c.    Kalau perlu guru dapat memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah peribahasa, dan lain-lain.
d.   Guru dapat menunjukan kalimat-kalimat yang kurang baik letak/ susunannya, dan menyuruh para pelajar untuk menempatkannya pada tempat/susunan yang tepat.
e.    Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca  para pelajar/siswa.
F. Teknik Pembelajaran Umum
1. Teknik Tanya Jawab
Dalam pelaksanaanya teknik tanya-jawab memiliki keunggulan, misalnya suasana kelas lebih hidup karena sambutan kelas akan lebih baik. Siswa tidak hanya mendengar ceramah saja. Dengan tanya-jawab, partisipasi siswa lebih besar dan mereka berusaha mendengarkan pertanyaan guru dengan baik dan mencoba memberikan jawaban yang tepat.
Adapun dari teknik jawab ini memacu siswa untuk belajar dan membaca materi yang akan di bahasa antara lain dengan cara :
1)      Materi yang akan dibahas dipersiapkan lebih dahulu atau paling tidak pernah dibaca.
2)      Guru mempersiapkan sejumlah pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa.
3)      Siswa ditugasi untuk menyusun sejumlah pertanyaan yang dikaitkan dengan materi dalam pertemuan /tatap muka dan dilemparkan kepada siswa lain.
4)      Jawaban yang diberikan oleh siswa disimpulkan oleh guru dan disusun secara sistematis.
2. Teknik Pemberian Tugas
Teknik penugasan atau resitasi merupakan teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk yang telah dipersiapkan guru sehingga siswa dapat mengalami kegiatan belajar secara nyata.
Dalam teknik ini, diadakannya penugasan dalam pembelajaran pada umumnya, siswa tidak hanya diberikan kesmpatan melainkan siswa juga diberikan kesempatan untuk membaca materi yang akaon dikerjakan.






G. Aneka Jenis Membaca
1. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Membaca ektensif ini meliputi :
  1. Membaca survei (survey reading).
  2. Membaca sekilas (skimming).
  3. Membaca dangkal (superficial redaing).
1.1 Membaca survei
Sebelum kita mulai membaca, kita biasanya meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita telaah.Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, yang akan ditelaah, dengan jalan :
a.       Memeriksa, meneliti indeks—indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku;
b.      Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan;
c.       Memeriksa, meneliti bagian, skema,outline buku yang bersangkutan. Kecepatan serta ketetapatan dalam mensurvei bahan bacaan ini sangta penting; hal ini turut menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam studinya.
1.2 Membaca Sekilas
Membaca sekilas aytau skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penerangan. Kalau kita tidak tahu bagaimana cara membaca sekilas dan kapan harus melakukannya, kita akan mengahdapi kesulitan dalam mengikuti serta menyelesaikan bacaan yang diinginkan.
Ada tiga tujuan utama dalam membaca sekilas ini, yaitu :
a.    Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atatu artikel, tulisan singkat;
b.   Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan;
c.    Untuk menemukan/menepatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan. (albert  [el al]  Dalam H.G Tarigan 1961a : 30)
1.3 Membaca Dangkal
 Membaca dangkal atau suoerficial reading pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca superfisial ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatngkan kebahagiaan diwaktu senggang; misalnya cerita pendek, novel ringan, dan sebagainya. Dalam membaca, seperti halnya membaca karya-karya ilmiah, dapat dilakukan dengan santai tetapi menyenangkan (broughton [et al] Dalam H.G Tarigan 1978 : 92)
2. Membaca Intensif
                        Membaca intensif atau intensif reading adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan didalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuisioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte, dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh guru, baik dari segi isinya. Para pelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualaitas serta keserasian opilhian bahan bacaan tesebut. (Brooks Dalam H.G Tarigan 1964 : 172-173) Yang termasuk ke dalam kelompok membaca intensif ini ialah :
  1. Membaca telaah isi (content study reading).
  2. Membaca telaah bahsa (linguistic study reading).



1. 1 Membaca Telaah isi
Membaca telaah isi terbagi atas :
1.      Membaca teliti;
2.      Membaca Pemahaman;
3.      Membaca kritis;
4. Membaca ide.
1.1.1 Membaca Teliti
Membaca teliti membutuhkan sejumlah keterlampilan, antara lain :
1)         Survei yang cepat untuk memperhatikan//melihat organisasi dan pendekatan umum.
2)         Membnaca secara seksama dan membaca ulang paragraf-paragraf untuk menemukan kalimat-kalimat jdul dan perincian-perincian penting.
3)         Peenmuan hubungan setiap paragraf denagn keseluruhan tulisan atau artikel.
1.1.2 Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding) yang dimaksudkan disini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami :
1)            Standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards);
2) Resensi kritis (critical review);
3) Drama tulis (Printed drama);
4) Pola-pola fiksi (patterns of fiction).




1.1.3 Membaca Kritis
            Kemampuan membaca pemahaman merupakan dasar bagi membaca kritis. Membaca kritis (critical reading) adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan ( Albert [et al] Dalam H.G Tarigan 1961b : 1).
1.1.4 Membaca Ide
            Mebaca ide ( reading for ideas) adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Dalam hal ini, ada suatu prinsip yang harus diingat selalu, yaitu bahwa suatu sumber yang kaya akan ide-ide merupakan dasar bagi komunikasi, dan anak-anak (kita juga) cenderung berbicara dan menulis dengan baiak kalau mereka penuh dengan ide-ide. Kita harus sadar,  sepanjang kehidupan banyak informasi yabng kita dapatkan berasal dariu bacaan.
Lebih terperinci lagi, apabila kita “membaca untuk mengethui : mengapa hal itu merupakan suatu judul atau topik yang baik; masalah apa yang terdapat dalam cerita itu, apa yang dipelajari oleh sang tokoh, dan merangkumkan apa yang dilakukan oleh sang okoh untuk mecapai maksudnya”, kegiatan serupa itu sering disebut reading for main ideas atau membaca untuk mencari ide-ide penting”.
(Anderson, Dalam H.G Tarigan 1972:214).
3. Membaca Literal
Menurut Burn, Reo dan Ross, (1996: 43) menyatakan bahwa: “Membaca pemahaman literal adalah membaca teks bacaan dan memahami isi bacaan tentang apa yang disebutkan di dalam teks secara tersurat Membaca literat merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti (meaning) yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya, pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna tersiratnya, baik dalam tataran antar baris apalagi makna yang terletak dibalik barisnya. 


            Dalam taksonomi membaca pemahaman, kemampuan membaca literal merupakan kemampuan membaca yang paling rendah, karena selain pembaca lebih banyak bersikap pasif juga tidak melibatkan kemampuan berpikir kritis. Dengan perkataan lain, ketika melakukan proses membaca, sang pembaca hanya berusaha menerima berbagai hal yang tersurat dari kata- kata yang dibacanya atau yang dikemukakan oleh pengarang. Oleh karena itu, untuk pengukuran pemahaman jenis membaca level ini, kita dapat menggunakan kata- kata kunci pertanyaan: apa, siapa, dimana atau kapan
4. Membaca Cepat dan Efektif
            Membaca cepat dan efektif  yaitu jenis membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaanya dengan demikian, seseorang dalam membaca tidak hanya kecepatan yang menjadi patokan namun juga disertai pemahaman dari bacaan. Di dalam membaca cepat, pembaca melakukan proses mekanik secara cepat dengan mengayunkan mata dari bagian bacaan kebagian bacaan yang lain secepat mungkin. Ayunan mata tidak lagi berirama dan tidak pelan, tetapi irama ayunan mata melompat dari kata kunci ke kata kunci yang lain, dari kalimat pokok ke kalimat pokok yang lain, dari  paragraf  utama ke paragraf utama yang lain atau dari hal yang penting ke hal penting lainnya. Bagian-bagian bacaan yang tidak penting dibaca secepat kilat atau hanya dilewati. Bagian-bagian yang penting dibaca lebih teliti.
Walaupun membacanya secepat mungkin, pembaca tetap tidak mengabaikan untuk memahami bacaan yang dibaca. Pemahaman yang diperoleh adalah pemahaman yang bersifat ekstern (luaran). Maksudnya adalah pembaca menangkap, mencari, atau memahami informasi-informasi yang bersifat umum atau pokok. Informasi-informasi yang bersifat detail tidak dipentingkan untuk dipahami karena pembaca tidak membutuhkan informasi tersebut. Hal itu dikarenakan informasi-informasi yang rinci sudah diketahui pembaca sebelum membaca atau informasi tersebut tidak diperlukan.
5. Metode/Teknik Membaca SQ3R
            Agar setiap aktivitas membaca yang dilakukan dapat berjalan efektif dan efisien, kiranya diperlukan teknik tertentu. Dalam hal ini, Francis P. Robinson dari Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat telah mengembangkan sebuah teknik membaca yang dikenal dengan sebutan SQ3R. Teknik ini bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.
            SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan dari langkah-langkah mempelajari teks atau buku yang terdiri dari :
(1) Survey; (2) Question; (3) Read; (4) Recite; dan (5) Review . 
Dengan merujuk pada pemikiran Muhibbin Syah (2003), di bawah ini akan diuraikan secara singkat langkah-langkah teknik membaca ini.
1. Survey

            Pada langkah yang pertama ini dilakukan penelaahan sepintas kilas terhadap seluruh struktur teks. Tujuannya adalah untuk mengetahui panjangnya teks, judul bagian (heading), judul subbagian (sub-heading), istilah, kata kunci, kalimat kunci, dan hal-hal lainnya yang dianggap penting dalam tulisan itu, sehingga diperoleh gambaran yang bersifat umum dari isi yang terkandung dalam buku atau teks. Dalam melakukan survey, dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri seperti stabilo (berwarna kuning, hijau dan sebagainya) untuk menandai bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian penting akan dijadikan sebagai bahan pertanyaan yang perlu ditandai untuk memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan yang akan dilakukan pada langkah kedua.
2. Question
            Langkah kedua adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan revelan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang-pendeknya teks, dan kemampuan dalam memahami teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari berisi hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin hanya perlu membuat beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya.

3. Read
            Langkah ketiga adalah membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini, membaca secara aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan yang telah disusun pada langkah kedua.
4. Recite
            Langkah keempat adalah menyebutkan atau menceritakan kembali jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Sedapat mungkin diupayakan tanpa membuka catatan jawaban sebagaimana telah dituliskan dalam langkah ketiga. Jika sebuah pertanyaan tidak terjawab, diusahakan tetap terus melanjutkan untuk menjawab pertanyaan berikutnya.Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik.
5. Review
            Pada langkah terakhir dilakukan peninjauan ulang atas seluruh pertanyaan dan jawaban sehingga diperoleh sebuah kesimpulan yang singkat, tetapi dapat menggambarkan seluruh jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Meski terkesan sangat mekanistik, tetapi membaca dengan menggunakan SQ3R ini dianggap lebih memuaskan,
karena dengan teknik ini dapat mendorong seseorang untuk lebih memahami apa yang dibacanya, terarah pada intisari atau kandungan-kandungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam suatu buku atau teks Selain itu, langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik ini tampaknya sudah menggambarkan prosedur ilmiah, sehingga diharapkan setiap informasi yang dipelajari dapat tersimpan dengan baik dalam sistem memori jangka panjang seseorang.
F.Membaca Skimming
            Skimming dilakukan dengan cara membaca judul bab, sub bab, dan beberapa alinea pertama dalam setiap bab-nya. Jika buku tersebut memuat kesimpulan dalam tiap bab, maka Anda dapat pula membaca sekilas ringkasan tadi.
            Fungsi skimming adalah mendapatkan ide utama tentang topik bacaan, bukan detailnya. Jadi skimming dapat dikatakan berhasil jika Anda bisa mendapatkan ide pokok dan bisa membayangkan apa yang dibahas dalam keseluruhan isi buku secara umum.
F.1 Fungsi Skimming
Selain untuk melakukan pembacaan sekilas, skimming juga berguna dalam banyak proses membaca lainnya. Adapun beberapa alasan mengapa skimming dapat dilakukan tanpa harus terlalu khawatir kehilangan makna adalah:
·         Kebanyakan kalimat hanya memiliki beberapa kata penting yang menjadi pembentuk strukturnya. Dengan menghilangkan kata-kata lain yang tidak terlalu penting, maka makna kalimat sudah dapat ditangkap tanpa harus kehilangan makna sesungguhnya. Pada kesempatan yang akan datang saya akan membahas hal ini yang dikenal pula dengan nama telegraphic reading.
·         Dalam bahan bacaan yang cukup tebal, tidak semua bagian memiliki tingkat kesulitan yang sama. Ada bagian tertentu yang memang relatif lebih ringan dan mudah dipahami dibandingkan dengan bagian yang lain. Bagian yang ringan dapat dibaca dengan sangat cepat lewat skimming sedangkan bagian yang lebih sulit dibaca secara lebih lengkap dan teliti.
·         Ada kata-kata tertentu yang sangat penting dan berperan dalam membentuk struktur kalimat yakni subjek dan predikat. Masing ingat pelajaran bahasa Indonesia dulu? Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (SPOK)? Dengan menguasai struktur kalimat dalam bahan bacaan dan menguasai terutama Subjek dan Predikat, maka inti bacaan sudah dapat dikenali.
Karena itu, berfokuslah pada kata benda dan kata kerja. Selain itu, kuasai pula kata-kata penghubung yang bisa mengubah makna kalimat secara nyata jika kata-kata tersebut dihilangkan. Kata-kata tersebut antara lain: tidak, bukan, meskipun, akan tetapi, sebaliknya, pada sisi yang lain, dst.
F.2 Proses Skimming
            Karena skimming berguna untuk mendapatkan gambaran umum suatu bahan bacaan, maka perlu koordinasi yang baik ketika melakukan skimming dengan otak yang aktif bertanya, menganalisa, membandingkan, serta membuat kesimpulan.
            Oleh karena itu, jangan dianggap skimming seperti membaca sambil lalu. Sebaliknya, dibutuhkan proses membaca aktif di mana semua indera yang terlibat bekerja, mulai dari mata, otak, bahkan indra lain seperti penciuman dan pendengaran. Membaca aktif adalah ketika Anda seolah-olah masuk ke dalam bahan bacaan itu sendiri dan bisa mendengar, mencium serta merasakan apa-apa yang dituliskan.
 G. Membaca Scanning
            Membaca tatap (scanning) atau disebut juga membaca memindai adalah membaca sangat cepat. Ketika seseorang membaca memindai, dia akan melampaui banyak kata. Menurut Mikulecky & Jeffries (dalam Farida Rahim, 2005), membaca memindai penting untuk meningkatkan kemampuan membaca. Teknik membaca ini berguna untuk mencari beberapa informasi secepat mungkin. Biasanya kita membaca kata per kata dari setiap kalimat yang dibacanya. Dengan berlatih teknik membaca memindai, seseorang bisa belajar membaca untuk memahami teks bacaan dengan cara yang lebih cepat. Tapi, membaca dengan cara memindai ini tidak asal digunakan. Jika untuk keperluan untuk membaca buku teks, puisi, surat penting dari ahli hukum, dan sebagainya, perlu lebih detil membacanya.
            Scanning atau membaca memindai berarti mencari informasi spesifik secara cepat dan akurat.Memindai artinya terbang di atas halaman-halaman buku. Membaca dengan teknik memindai artinya menyapu halaman buku untuk menemukan sesuatu yang diperlukan. Scanning berkaitan dengan menggerakan mata secara cepat  keseluruh  bagian  halaman  tertentu  untuk  mencari kata dan Frasa tertentu.
            Teknik membaca memindai (scanning) adalah teknik menemukan informasi dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang dibutuhkan, gerakan mata berhenti. Mata bergerak cepat, meloncat-loncat, dan tidak melihat kata demi kata.

G.1 Langkah-langkah Scanning
Perhatikan penggunaan urutan seperti ‘angka’, ‘huruf’, ‘langkah’, ‘pertama’, ‘kedua’, atau ‘selanjutnya’. Carilah kata yang dicetak tebal, miring atau yang dicetak berbeda dengan  teks  lainnya. Terkadang penulis menempatkan kata kunci di batas paragraph Langkah atau proses scanning yang lain yakni. Scanning dilakukan dengan cara:
(1) Menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur ke bawah menemukan informasi yang telah ditetapkan,
(2) Setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk menemukan keterangan lengkap dari informasi yang dicari.
(3) Pembaca dituntut memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan karakteristik yang dibaca (misalnya, kamus disusun secara alfabetis dan ada keyword di setiap halaman bagian kanan atas, ensiklopedi disusun secara alfabetis dengan pembalikan untuk istilah yang terdiri dari dua kata, dan sebagainya).






H .Model-model Membaca
H.1 Model Membaca Atas-Bawah (MMAB)
Model Membaca Bawah Atas (MMBA) atau bottom-up merupakan model membaca yang bertitik tolak dari pandangan bahwa yang mempunyai peran penting (primer) dalam kegiatan atau proses membaca adalah struktur bacaan,
sedangkan struktur pengetahuan yang dimiliki (didalam otak)  pembaca mempunyai peran sampingan (sekunder).
Pembaca bergantung sekali pada bacaan. Dalam membaca, pembaca melakukan penyandian kembali simbol-simbol tertulis sehingga mata pembaca selalu menatap bacaan. Hasil penyandian kembali dikirim ke otak melalui syaraf visual yang ada dimata untuk dipahami. Karena sistem atau cara kerja berawal dan bergantung pada bacaan yang berada di bawah dan baru dikirimkan ke otak yang berada di atas, sistem membaca seperti itu dinamakan model membaca bawah atas (MMBA).

Apabila di bagankan model membaca bawah atas adalah sebagai berikut :
Model Membaca Bawah Atas (MMBA) : 
Bacaan -->> Mata -->> Otak
1.   Otak pembaca mengendalikan mata untuk melihat (membaca) lambang-lambang penafsiran grafis seperlunya saja sesuai yang dibutuhkan.
2.   Rangsangan yang berupa lambang-lambang grafis yang telah dipilih diteruskan oleh syaraf mata ke otak.
3.   Pembaca memberi penafsiran (pemahaman) dari bacaan yang dibaca berdasarkan kompetensi kognitif dan kompetensi bahasa yang dimilikinya.
Tokoh yang menjadi perintis MMAB adalah Goodman, Smith, Shuy, dan Nutall.







H.2 Model Membaca Timbal-Balik
            Model membaca ini menerapkan antara sistem kerja MMBA dan MMAB secara serentak dalam membaca sebuah bacaaan yang berlangsung secara timbal balik yang bersifat simultan. Tokoh yang mengembangkannya yaitu Rumelhart.     Kekurangan dari model MMTB ini antaralain tidak menyinggung aplikasi dan masalah pra membaca yaitu kondisi seseorang sebelum membaca bacaan. Serta model ini tidak menarik karena tidak ada hal yang baru, terutama bagi guru.

















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Membaca Suatu Keterampilan
1.      Membaca adalah suatu keterampilan (skill)
2.      Keterampilan membaca merupakan salah satu bagian dari keterampilan berfikir
3.      Keterampilan berfikir adalah keterampilan mengolah informasi yang masuk dalam kognisi/otak manusia.
4.      Kemampuan mengolah informasi sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan individu.
5.      Pengetahuan individu berpengaruh besar terhadap interpretasi hasil bacaan.
6.      Tingkat pengetahuan individu menentukan kualitas interpretasi bacaan.
7.      Isi materi bacaan pada beberapa buku bisa bersifat berjenjang.
8.      Ada buku yang bersifat dasar atau pengantar dari suatu teori dan ada buku yang pembahasannya lebih mendalam dari teori sebelumnya.
9.      Ada pula buku bacaan yang saling menjelaskan suatu teori atau pembahasan.
10.  Kemampuan membaca suatu teori atau bahasan merupakan suatu skill.
11.  Skill dapat dibentuk melalui suatu proses latihan yang terus menerus.
12.  Keterampilan membaca dapat dilatih melalui seringnya banyak membaca.
B.     SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi para pembacanya seabgai kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi acuan untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca dan terkhusus buat kami. Amin.








DAFTAR PUSTAKA
Tarigan,H.G 1979.Revisi 2008, Membaca Sebagai Suatu Keterlampilan Berbahasa,
            Bandung : Angkasa
Sunarti, Subana. 2011, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, Bandung : Pustaka Setia

_____,2012  pengertian-membaca-scanning, sumberhttp:// hermabastra09. blogspot.com/2012/06/ pengertian-membaca-scanning.html di induh pada 27 Oktober 2014.
_____,2009  pengertian membaca skimming, sumber http://www.muhammadnoer.com /2009/07  
/teknik-membaca-skimming. html di unduh pada 27 Oktober 2014
_____,2008  teknik membaca sq3r, sumber :http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/06/24/teknik-membaca-sq3r/ di unduh pada 27 Oktober 2014

_____,2012  membaca literal, sumber :http://ryanyulipurnami.blogspot.com/2012/10/membaca-literal.html di unduh pada 27 Oktober 2014


Haryadi, M.Pd, 2008 Retorika Membaca Model, Metode, dan Teknik, Semarang : Rumah Indonesia, hal 18





  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar