BAB 1
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Manusia adalah
makhluk individu dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan, manusia
membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya. Hal ini berarti bahwa manusia
tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya.Manusia perlu adanya
interaksi berupa komunikasi untuk menghadapi berbagai persoalan dalam hidup ini
salah satu komunikasi itu adalah lewat membaca agar kita mampu mengetahui informasi
yang terkandung didalam isibacaan, yang ditampilkam begitu beragam dalam
media.
Kita harus menyadari bahwa membaca mempunyai peranan sosial
yang sanagt penting dalam kehidupan manusia sepanjang masa. Mengapa demikian?
Pertama, membaca itu merupakan suatu alat komunikasi yang sangat di perlukan
dalam suatu masyarakat berbudaya. Kedua bahan bacaan yang dihasilkan dalam
setiap kurun kurun zaman dalam sejarah sebagian besar dipengaruhiu oleh latar
belakang sosial tempatnya berkembang itu. Ketiga, sepanjang masa sejarah yang
terekam, membaca telah mebuahkan dua kutub yang amat berbeda. Kutub itu adalah
di satu pihak dan di pihak lain.
Disatu pihak, membaca merupakan suatu pemersatu yang baik,
karena cenderung mempersatukan
pengalaman umum yang seolah-olah dialami sendiri dan dengan menanamkan
sikap-sikap, ide-ide, minat-minat, dan aspirasi-aspirasi umum. Dipihak lain,
membaca itu telah bertindak sebagai suatu daya pemecah belah, yang senderung
mempertajam perbedaan perbedaan-perbedaan antar
lompok sosial dengan jalan merangsang serta mempertebal perbedaan
pendapat-pendapat mereka. Demikianlah ,membaca itu telah mebuahkan kutub-kutub
yang baik yang kontruksif maupun destruksif.
Kita sebagai calon guru dibidang bahasa dan guru harus
belajar membaca dan mengajar secara intensif. Ini tuntutan profesi kita. Kita
harus belajar membaca untuk menambah ilmu pengetahuan kita sendiri, dan kita
harus mengajar membaca untuk menerapkan ilmu pengetahuan kita kepada para siswa
disekolah sebagai penerus bangsa di masa yang akan datang.
- Perumusan masalah
Ada
beberapa rumusan masalah dalam materi Keterlampilan Membaca ini, di antaranya
adalah sebagai berikut :
1. Hakikat dan pengertian Membaca.
2. Apa saja yang termasuk tujuan dan
aspek-aspek membaca.
3. Apa saja yang termasuk Faktor-Faktor
yang mempengaruhi membaca.
4. Upaya Meningkatkan minat baca Anak
didik.
5. Apa saja yang termasuk dalam aneka jenis
membaca.
- Tujuan
1.
Mengetahui Hakikat
dan pengertian Membaca.
2.
Mengerti dan memahami Apa
saja tujan dan aspek-aspek membaca.
3.
Mengerti dan memahami Faktor-Faktor
yang mempengaruhi membaca.
4.
Mampu Meningkatkan
minat baca Anak didik.
5.
Mengerti dan memahami Apa
saja yang termasuk dalam aneka jenis membaca.
BAB II
PEMBAHASAN
- Hakikat Membaca
Membaca adalah salah satu dari empat keterlampilan
berbahasa. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok yang merupakan
suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata
secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan
yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses
membaca itu tidak terlaksana dengan baik (hodgson dalam H.G Tarigan 1960 :
43-44).
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses
penyandian kembali dan pembacaan sandi (a
recording and decoding prosess), berlainan dengan berbicara dan menulis
justru melibatkan penyadian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding)
adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan
(oral languange meaning) yang mencakup perubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi
yang bermakna. (Anderson dalam H.G Tarigan 1972: 209 – 210).
Berdasarkan beberapa definisi, dapat disimpulkan
bahwa membaca adalah suatu proses berpikir yang termasuk didalamnya
menceritakan, menafsirkan arti dan lambang-lambang tertulis dengan melibatkan
penglihatan gerak mata, pembicara batin, dan ingatan.
- Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari
serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti
(meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intesif kita dalam
membaca. Berikut ini, kita kemukakan beberapa hal yang penting :
a) Membaca untuk menemukan atau mengetahui
penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh.
b) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu
merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita,
apa-apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh.
c) Membaca untuk menemukan serta
mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita.
Sedangkan
menurut Rahim (2008 : 11) mengutip pendapat balnton, dkk dan Irwin dalan Burns
dkk (1996) menyebutkan tujuan membaca meliputi :
a) Kesenangan
b) Menyempurnakan membaca nyaring.
c) Menggunakan strategi tertentu.
d) Memperbaharui pengetahuannya tentang
suatu topik.
e) Mengaitkan informasi baru dengan
informasi yang telah diketahuinya.
f) Memperoleh informasi untuk laporan lisan
atau tertulis.
g) Mengkonfirmasi atau menolak prediksi.
h) Menampilkan suatu eksperimen atau
mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara
lain.
i)
Menjawab
pertanyaan –pertanyaan yang spesifik.
C. Aspek-aspek
Membaca
Telah
diutarakan sebelumnya bahwa membaca
merupakan suatu keterlampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian
keterlampilan yang lebih kecil lainnya. Secara garis besarnya, terdapat dua
aspek penting dalam membaca yaitu :
a) Keterlampilan yang bersifat mekanis
(mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah
(lower order).
Aspek ini mencakup :
1. Pengenalan bentuk huruf;
2. Pengenalan unsur-unsur linguistik
(fonem/grafem, kata , frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain);
3. Pengenalan Hubungan/ korespondensi pola
ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to
bark at print”);
4. Kecepatan membaca taraf lambat.
b) Keterlampilan yang bersifat pemahaman
(compherension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi
(higher order).
Aspek ini mencakup :
1. Memahami pengertian sederhana (leksikal,
gramatikal, retorikal);
2. Memahami signifikasi atau makna (a.l
maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca);
3. Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk);
4. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang
mudah disesuaikan dengan keadaan.
(Broughton
(et al) dalam H.G Tarigan 1978:211)
D. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Minat Membaca
A)
Faktor umum yang Mempengaruhi Minat
Membaca
Secara
umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat baca siswa
yaitu :
B)
Faktor khusus yang Mempengaruhi Minat Membaca
Selain
dipengaruhi oleh faktor umum yang telah disebutkan, ada juga secara khusus
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
C)
Faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca
menurut Pearson
Pearson
mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan serta minat baca
dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori, yakni :
a)
Faktor
yang bersifat intrinsik (berasal dari dalam diri pembaca), antara lain meliputi
kepemikiran kompetensi bahasa si pembaca, minat, motivasi, dan kemampuan yang
membacanya.
b)
Faktor
yang bersifat ekstrinsik (berasal dari luar pembaca), antara lain unsur-unsur
yang berasal dari dalam teks bacaan (misal keterbacaan, organisasi teks,
wacana) dan unsur-unsur yang berkenaan dengan fasilitas, guru, model
pengajaran.
(pearson dalam hafni, 1981: 2-3)
E. Upaya Meningkatkan
Minat Membaca Anak Didik
Setiap guru bahsa haruslah dapat membantu
serta membimbing para pelajar untuk mengembangkan serta meningkatkan
keterlampilan-keterlampilan yang mereka butuhkan dalam membaca. Usaha yang
dapat dilaksanakan untuk meningkatkan keterlampilan membaca itu antara lain :
a. Guru dapat menolong para pelajar memperkaya kosa kata mereka dengan jalan
:
1.
memperkenalkan sinonim kata,antonim kata, parafrase,
2.
memperkenalkan imbuhan, yang mencakup awalan,sisipan dan akhiran.
3.
menjelaskan arti sesuatu kata abstrak dengan mempergunakan bahasa daerah atau
bahasa Ibu pelajar.
b. Guru dapat membantu para pelajar untuk
memahami makna struktur-struktur kata,kalimat, dan sebagainya dengan cara-cara
yang telah dikemukakan diatas, disertai latihan seperlunya.
c. Kalau perlu guru dapat memberikan serta
menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah
peribahasa, dan lain-lain.
d. Guru dapat menunjukan kalimat-kalimat
yang kurang baik letak/ susunannya, dan menyuruh para pelajar untuk
menempatkannya pada tempat/susunan yang tepat.
e. Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para pelajar/siswa.
F.
Teknik Pembelajaran Umum
1.
Teknik Tanya Jawab
Dalam pelaksanaanya teknik tanya-jawab memiliki keunggulan,
misalnya suasana kelas lebih hidup karena sambutan kelas akan lebih baik. Siswa
tidak hanya mendengar ceramah saja. Dengan tanya-jawab, partisipasi siswa lebih
besar dan mereka berusaha mendengarkan pertanyaan guru dengan baik dan mencoba
memberikan jawaban yang tepat.
Adapun
dari teknik jawab ini memacu siswa untuk belajar dan membaca materi yang akan
di bahasa antara lain dengan cara :
1) Materi yang akan dibahas dipersiapkan
lebih dahulu atau paling tidak pernah dibaca.
2) Guru mempersiapkan sejumlah pertanyaan
yang akan diajukan kepada siswa.
3) Siswa ditugasi untuk menyusun sejumlah
pertanyaan yang dikaitkan dengan materi dalam pertemuan /tatap muka dan
dilemparkan kepada siswa lain.
4) Jawaban yang diberikan oleh siswa
disimpulkan oleh guru dan disusun secara sistematis.
2.
Teknik Pemberian Tugas
Teknik penugasan atau resitasi merupakan teknik
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas
berdasarkan petunjuk yang telah dipersiapkan guru sehingga siswa dapat
mengalami kegiatan belajar secara nyata.
Dalam teknik ini, diadakannya penugasan dalam
pembelajaran pada umumnya, siswa tidak hanya diberikan kesmpatan melainkan
siswa juga diberikan kesempatan untuk membaca
materi yang akaon dikerjakan.
G. Aneka Jenis Membaca
1. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara
luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat
mungkin.
Membaca
ektensif ini meliputi :
- Membaca
survei (survey reading).
- Membaca
sekilas (skimming).
- Membaca
dangkal (superficial redaing).
1.1 Membaca survei
Sebelum
kita mulai membaca, kita biasanya meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita
telaah.Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, yang akan ditelaah,
dengan jalan :
a. Memeriksa, meneliti indeks—indeks,
daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku;
b. Melihat-lihat, memeriksa, meneliti
judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan;
c. Memeriksa, meneliti bagian,
skema,outline buku yang bersangkutan. Kecepatan serta ketetapatan dalam
mensurvei bahan bacaan ini sangta penting; hal ini turut menentukan berhasil
atau tidaknya seseorang dalam studinya.
1.2 Membaca Sekilas
Membaca sekilas aytau skimming adalah
sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat,
memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi,
penerangan. Kalau kita tidak tahu bagaimana cara membaca sekilas dan kapan
harus melakukannya, kita akan mengahdapi kesulitan dalam mengikuti serta
menyelesaikan bacaan yang diinginkan.
Ada
tiga tujuan utama dalam membaca sekilas ini, yaitu :
a. Untuk memperoleh suatu kesan umum dari
suatu buku atatu artikel, tulisan singkat;
b. Untuk menemukan hal tertentu dari suatu
bahan bacaan;
c. Untuk menemukan/menepatkan bahan yang
diperlukan dalam perpustakaan. (albert
[el al] Dalam H.G Tarigan 1961a :
30)
1.3 Membaca Dangkal
Membaca
dangkal atau suoerficial reading pada
dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat
luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca superfisial ini
biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan
yang mendatngkan kebahagiaan diwaktu senggang; misalnya cerita pendek, novel
ringan, dan sebagainya. Dalam membaca, seperti halnya membaca karya-karya
ilmiah, dapat dilakukan dengan santai tetapi menyenangkan (broughton [et al]
Dalam H.G Tarigan 1978 : 92)
2. Membaca Intensif
Membaca
intensif atau intensif reading adalah
studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan
didalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat
halaman setiap hari. Kuisioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata,
telaah kata-kata, dikte, dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca
intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah
dipilih oleh guru, baik dari segi isinya. Para pelajar atau mahasiswa yang
berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualaitas
serta keserasian opilhian bahan bacaan tesebut. (Brooks Dalam H.G Tarigan 1964
: 172-173) Yang termasuk ke dalam kelompok membaca intensif ini ialah :
- Membaca
telaah isi (content study reading).
- Membaca
telaah bahsa (linguistic study reading).
1. 1 Membaca Telaah isi
Membaca
telaah isi terbagi atas :
1. Membaca
teliti;
2. Membaca
Pemahaman;
3. Membaca
kritis;
4.
Membaca ide.
1.1.1 Membaca Teliti
Membaca teliti membutuhkan sejumlah
keterlampilan, antara lain :
1)
Survei
yang cepat untuk memperhatikan//melihat organisasi dan pendekatan umum.
2)
Membnaca
secara seksama dan membaca ulang paragraf-paragraf untuk menemukan kalimat-kalimat
jdul dan perincian-perincian penting.
3)
Peenmuan
hubungan setiap paragraf denagn keseluruhan tulisan atau artikel.
1.1.2 Membaca Pemahaman
Membaca
pemahaman (reading for understanding) yang dimaksudkan disini adalah sejenis
membaca yang bertujuan untuk memahami :
1)
Standar-standar
atau norma-norma kesastraan (literary standards);
2)
Resensi kritis (critical review);
3)
Drama tulis (Printed drama);
4)
Pola-pola fiksi (patterns of fiction).
1.1.3 Membaca Kritis
Kemampuan
membaca pemahaman merupakan dasar bagi membaca kritis. Membaca kritis (critical
reading) adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang
hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan (
Albert [et al] Dalam H.G Tarigan 1961b : 1).
1.1.4 Membaca Ide
Mebaca
ide ( reading for ideas) adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari,
memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Dalam hal
ini, ada suatu prinsip yang harus diingat selalu, yaitu bahwa suatu sumber yang
kaya akan ide-ide merupakan dasar bagi komunikasi, dan anak-anak (kita juga)
cenderung berbicara dan menulis dengan baiak kalau mereka penuh dengan ide-ide.
Kita harus sadar, sepanjang kehidupan
banyak informasi yabng kita dapatkan berasal dariu bacaan.
Lebih
terperinci lagi, apabila kita “membaca untuk mengethui : mengapa hal itu
merupakan suatu judul atau topik yang baik; masalah apa yang terdapat dalam
cerita itu, apa yang dipelajari oleh sang tokoh, dan merangkumkan apa yang
dilakukan oleh sang okoh untuk mecapai maksudnya”, kegiatan serupa itu sering
disebut reading for main ideas atau
membaca untuk mencari ide-ide penting”.
(Anderson,
Dalam H.G Tarigan 1972:214).
3. Membaca Literal
Menurut Burn, Reo dan Ross, (1996:
43) menyatakan bahwa: “Membaca pemahaman literal adalah membaca teks bacaan dan
memahami isi bacaan tentang apa yang disebutkan di dalam teks secara tersurat Membaca
literat merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti (meaning)
yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya, pembaca hanya
berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan
tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna tersiratnya,
baik dalam tataran antar baris apalagi makna yang terletak dibalik barisnya.
Dalam
taksonomi membaca pemahaman, kemampuan membaca literal merupakan kemampuan
membaca yang paling rendah, karena selain pembaca lebih banyak bersikap pasif
juga tidak melibatkan kemampuan berpikir kritis. Dengan perkataan lain, ketika
melakukan proses membaca, sang pembaca hanya berusaha menerima berbagai hal
yang tersurat dari kata- kata yang dibacanya atau yang dikemukakan oleh
pengarang. Oleh karena itu, untuk pengukuran pemahaman jenis membaca level ini,
kita dapat menggunakan kata- kata kunci pertanyaan: apa, siapa, dimana atau
kapan
4. Membaca Cepat dan Efektif
Membaca
cepat dan efektif yaitu jenis membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan
tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaanya dengan demikian, seseorang
dalam membaca tidak hanya kecepatan yang menjadi patokan namun juga disertai
pemahaman dari bacaan. Di dalam membaca cepat, pembaca melakukan proses mekanik
secara cepat dengan mengayunkan mata dari bagian bacaan kebagian bacaan yang
lain secepat mungkin. Ayunan mata tidak lagi berirama dan tidak pelan, tetapi
irama ayunan mata melompat dari kata kunci ke kata kunci yang lain, dari
kalimat pokok ke kalimat pokok yang lain, dari paragraf utama ke
paragraf utama yang lain atau dari hal yang penting ke hal penting lainnya.
Bagian-bagian bacaan yang tidak penting dibaca secepat kilat atau hanya
dilewati. Bagian-bagian yang penting dibaca lebih teliti.
Walaupun
membacanya secepat mungkin, pembaca tetap tidak mengabaikan untuk memahami
bacaan yang dibaca. Pemahaman yang diperoleh adalah pemahaman yang bersifat
ekstern (luaran). Maksudnya adalah pembaca menangkap, mencari, atau memahami
informasi-informasi yang bersifat umum atau pokok. Informasi-informasi yang
bersifat detail tidak dipentingkan untuk dipahami karena pembaca tidak
membutuhkan informasi tersebut. Hal itu dikarenakan informasi-informasi yang
rinci sudah diketahui pembaca sebelum membaca atau informasi tersebut tidak
diperlukan.
5. Metode/Teknik Membaca SQ3R
Agar setiap aktivitas membaca yang dilakukan dapat berjalan efektif dan
efisien, kiranya diperlukan teknik tertentu. Dalam hal ini, Francis P. Robinson
dari Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat telah mengembangkan sebuah teknik
membaca yang dikenal dengan sebutan SQ3R. Teknik ini bersifat praktis dan dapat
diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.
SQ3R
pada prinsipnya merupakan singkatan dari langkah-langkah mempelajari teks atau
buku yang terdiri dari :
(1) Survey; (2) Question; (3) Read; (4) Recite; dan (5) Review .
Dengan merujuk pada
pemikiran Muhibbin Syah (2003), di bawah ini akan diuraikan secara singkat
langkah-langkah teknik membaca ini.
1. Survey
Pada
langkah yang pertama ini dilakukan penelaahan sepintas kilas terhadap seluruh
struktur teks. Tujuannya adalah untuk mengetahui panjangnya teks, judul bagian
(heading), judul subbagian (sub-heading),
istilah, kata kunci, kalimat kunci, dan hal-hal lainnya yang dianggap penting
dalam tulisan itu, sehingga diperoleh gambaran yang bersifat umum dari isi yang
terkandung dalam buku atau teks. Dalam melakukan survey, dianjurkan menyiapkan
pensil, kertas, dan alat pembuat ciri seperti stabilo (berwarna kuning, hijau
dan sebagainya) untuk menandai bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian penting akan
dijadikan sebagai bahan pertanyaan yang perlu ditandai untuk memudahkan proses
penyusunan daftar pertanyaan yang akan dilakukan pada langkah kedua.
2. Question
Langkah
kedua adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan revelan
dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah
pertanyaan bergantung pada panjang-pendeknya teks, dan kemampuan dalam memahami
teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari berisi hal-hal
yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin hanya perlu membuat beberapa
pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan tidak berhubungan
dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya.
3. Read
Langkah
ketiga adalah membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini, membaca secara aktif
juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan
mengandung jawaban-jawaban yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan yang telah
disusun pada langkah kedua.
4. Recite
Langkah
keempat adalah menyebutkan atau menceritakan kembali jawaban-jawaban atas
pertanyaan yang telah tersusun. Sedapat mungkin diupayakan tanpa membuka
catatan jawaban sebagaimana telah dituliskan dalam langkah ketiga. Jika sebuah
pertanyaan tidak terjawab, diusahakan tetap terus melanjutkan untuk menjawab
pertanyaan berikutnya.Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk
yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik.
5. Review
Pada
langkah terakhir dilakukan peninjauan ulang atas seluruh pertanyaan dan jawaban
sehingga diperoleh sebuah kesimpulan yang singkat, tetapi dapat menggambarkan
seluruh jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Meski terkesan sangat
mekanistik, tetapi membaca dengan menggunakan SQ3R ini dianggap lebih
memuaskan,
karena dengan teknik ini dapat mendorong seseorang untuk lebih memahami
apa yang dibacanya, terarah pada intisari atau kandungan-kandungan pokok yang
tersirat dan tersurat dalam suatu buku atau teks Selain itu, langkah-langkah
yang ditempuh dalam teknik ini tampaknya sudah menggambarkan prosedur ilmiah,
sehingga diharapkan setiap informasi yang dipelajari dapat tersimpan dengan
baik dalam sistem memori jangka panjang seseorang.
F.Membaca Skimming
Skimming dilakukan dengan cara
membaca judul bab, sub bab, dan beberapa alinea pertama dalam setiap bab-nya.
Jika buku tersebut memuat kesimpulan dalam tiap bab, maka Anda dapat pula
membaca sekilas ringkasan tadi.
Fungsi skimming adalah mendapatkan
ide utama tentang topik bacaan, bukan detailnya. Jadi skimming dapat dikatakan
berhasil jika Anda bisa mendapatkan ide pokok dan bisa membayangkan apa yang
dibahas dalam keseluruhan isi buku secara umum.
F.1 Fungsi
Skimming
Selain untuk melakukan pembacaan sekilas, skimming
juga berguna dalam banyak proses membaca lainnya. Adapun beberapa alasan
mengapa skimming dapat dilakukan tanpa harus terlalu khawatir kehilangan makna
adalah:
·
Kebanyakan kalimat hanya memiliki
beberapa kata penting yang menjadi pembentuk strukturnya. Dengan menghilangkan
kata-kata lain yang tidak terlalu penting, maka makna kalimat sudah dapat
ditangkap tanpa harus kehilangan makna sesungguhnya. Pada kesempatan yang akan
datang saya akan membahas hal ini yang dikenal pula dengan nama telegraphic
reading.
·
Dalam bahan bacaan yang cukup tebal,
tidak semua bagian memiliki tingkat kesulitan yang sama. Ada bagian tertentu
yang memang relatif lebih ringan dan mudah dipahami dibandingkan dengan bagian
yang lain. Bagian yang ringan dapat dibaca dengan sangat cepat lewat skimming
sedangkan bagian yang lebih sulit dibaca secara lebih lengkap dan teliti.
·
Ada kata-kata tertentu yang sangat
penting dan berperan dalam membentuk struktur kalimat yakni subjek dan
predikat. Masing ingat pelajaran bahasa Indonesia dulu? Subjek-Predikat-Objek-Keterangan
(SPOK)? Dengan menguasai struktur kalimat dalam bahan bacaan dan menguasai
terutama Subjek dan Predikat, maka inti bacaan sudah dapat dikenali.
Karena itu, berfokuslah pada kata benda dan kata kerja. Selain itu, kuasai
pula kata-kata penghubung yang bisa mengubah makna kalimat secara nyata jika
kata-kata tersebut dihilangkan. Kata-kata tersebut antara lain: tidak, bukan,
meskipun, akan tetapi, sebaliknya, pada sisi yang lain, dst.
F.2 Proses
Skimming
Karena skimming berguna untuk
mendapatkan gambaran umum suatu bahan bacaan, maka perlu koordinasi yang baik
ketika melakukan skimming dengan otak yang aktif bertanya, menganalisa,
membandingkan, serta membuat kesimpulan.
Oleh karena itu, jangan dianggap
skimming seperti membaca sambil lalu. Sebaliknya, dibutuhkan proses membaca
aktif di mana semua indera yang terlibat bekerja, mulai dari mata, otak, bahkan
indra lain seperti penciuman dan pendengaran. Membaca aktif adalah ketika Anda
seolah-olah masuk ke dalam bahan bacaan itu sendiri dan bisa mendengar, mencium
serta merasakan apa-apa yang dituliskan.
G. Membaca Scanning
Membaca tatap (scanning) atau disebut
juga membaca memindai adalah membaca sangat cepat. Ketika seseorang membaca
memindai, dia akan melampaui banyak kata. Menurut Mikulecky & Jeffries
(dalam Farida Rahim, 2005), membaca memindai penting untuk meningkatkan
kemampuan membaca. Teknik membaca ini berguna untuk mencari beberapa informasi
secepat mungkin. Biasanya kita membaca kata per kata dari setiap kalimat yang dibacanya.
Dengan berlatih teknik membaca memindai, seseorang bisa belajar membaca untuk
memahami teks bacaan dengan cara yang lebih cepat. Tapi, membaca dengan cara
memindai ini tidak asal digunakan. Jika untuk keperluan untuk membaca buku
teks, puisi, surat penting dari ahli hukum, dan sebagainya, perlu lebih detil
membacanya.
Scanning atau membaca memindai berarti
mencari informasi spesifik secara cepat dan akurat.Memindai artinya terbang di
atas halaman-halaman buku. Membaca dengan teknik memindai artinya menyapu
halaman buku untuk menemukan sesuatu yang diperlukan. Scanning berkaitan dengan
menggerakan mata secara cepat
keseluruh bagian halaman
tertentu untuk mencari kata dan Frasa tertentu.
Teknik membaca memindai (scanning)
adalah teknik menemukan informasi dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu
halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang
dibutuhkan, gerakan mata berhenti. Mata bergerak cepat, meloncat-loncat, dan
tidak melihat kata demi kata.
G.1 Langkah-langkah Scanning
Perhatikan penggunaan urutan seperti ‘angka’, ‘huruf’,
‘langkah’, ‘pertama’, ‘kedua’, atau ‘selanjutnya’. Carilah kata yang dicetak
tebal, miring atau yang dicetak berbeda dengan
teks lainnya. Terkadang penulis
menempatkan kata kunci di batas paragraph Langkah atau proses scanning yang
lain yakni. Scanning dilakukan dengan cara:
(1) Menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur ke bawah menemukan informasi
yang telah ditetapkan,
(2) Setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk
menemukan keterangan lengkap dari informasi yang dicari.
(3) Pembaca dituntut memiliki pemahaman yang baik
berkaitan dengan karakteristik yang dibaca (misalnya, kamus disusun secara
alfabetis dan ada keyword di setiap halaman bagian kanan atas, ensiklopedi
disusun secara alfabetis dengan pembalikan untuk istilah yang terdiri dari dua
kata, dan sebagainya).
H .Model-model Membaca
H.1
Model Membaca Atas-Bawah (MMAB)
Model Membaca Bawah Atas (MMBA) atau
bottom-up merupakan model membaca yang bertitik tolak dari pandangan bahwa yang
mempunyai peran penting (primer) dalam kegiatan atau proses membaca adalah
struktur bacaan,
sedangkan struktur pengetahuan yang
dimiliki (didalam otak) pembaca mempunyai peran sampingan (sekunder).
Pembaca bergantung sekali pada bacaan.
Dalam membaca, pembaca melakukan penyandian kembali simbol-simbol tertulis
sehingga mata pembaca selalu menatap bacaan. Hasil penyandian kembali dikirim
ke otak melalui syaraf visual yang ada dimata untuk dipahami. Karena sistem
atau cara kerja berawal dan bergantung pada bacaan yang berada di bawah dan
baru dikirimkan ke otak yang berada di atas, sistem membaca seperti itu
dinamakan model membaca bawah atas (MMBA).
Apabila di bagankan model membaca bawah
atas adalah sebagai berikut :
Model Membaca Bawah Atas (MMBA) :
Bacaan -->> Mata -->> Otak
1. Otak pembaca mengendalikan mata
untuk melihat (membaca) lambang-lambang penafsiran grafis seperlunya saja
sesuai yang dibutuhkan.
2. Rangsangan yang berupa
lambang-lambang grafis yang telah dipilih diteruskan oleh syaraf mata ke otak.
3. Pembaca memberi penafsiran
(pemahaman) dari bacaan yang dibaca berdasarkan kompetensi kognitif dan
kompetensi bahasa yang dimilikinya.
Tokoh yang menjadi perintis MMAB adalah Goodman, Smith, Shuy, dan Nutall.
H.2
Model Membaca Timbal-Balik
Model
membaca ini menerapkan antara sistem kerja MMBA dan MMAB secara serentak dalam
membaca sebuah bacaaan yang berlangsung secara timbal balik yang bersifat
simultan. Tokoh yang mengembangkannya yaitu Rumelhart. Kekurangan
dari model MMTB ini antaralain tidak menyinggung aplikasi dan masalah pra
membaca yaitu kondisi seseorang sebelum membaca bacaan. Serta model ini tidak
menarik karena tidak ada hal yang baru, terutama bagi guru.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Membaca Suatu Keterampilan
1.
Membaca adalah suatu keterampilan
(skill)
2.
Keterampilan membaca merupakan
salah satu bagian dari keterampilan berfikir
3.
Keterampilan berfikir adalah
keterampilan mengolah informasi yang masuk dalam kognisi/otak manusia.
4.
Kemampuan mengolah informasi
sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan individu.
5.
Pengetahuan individu berpengaruh
besar terhadap interpretasi hasil bacaan.
6.
Tingkat pengetahuan individu
menentukan kualitas interpretasi bacaan.
7.
Isi materi bacaan pada beberapa
buku bisa bersifat berjenjang.
8.
Ada buku yang bersifat dasar atau
pengantar dari suatu teori dan ada buku yang pembahasannya lebih mendalam dari
teori sebelumnya.
9.
Ada pula buku bacaan yang saling
menjelaskan suatu teori atau pembahasan.
10. Kemampuan
membaca suatu teori atau bahasan merupakan suatu skill.
11. Skill
dapat dibentuk melalui suatu proses latihan yang terus menerus.
12. Keterampilan
membaca dapat dilatih melalui seringnya banyak membaca.
B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat,
tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi para pembacanya seabgai kesempurnaan
makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi acuan untuk meningkatkan
makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca dan terkhusus buat
kami. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan,H.G
1979.Revisi 2008, Membaca Sebagai Suatu
Keterlampilan Berbahasa,
Bandung : Angkasa
Sunarti, Subana. 2011, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia,
Bandung : Pustaka Setia
Haryadi, M.Pd, 2008 Retorika Membaca Model,
Metode, dan Teknik, Semarang : Rumah Indonesia, hal 18