Jumat, 23 Januari 2015

Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi. Bahasa sebagai sebuah sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dalam penggunaannya sering kali banyak terjadi kesalahan baik lisan maupun tulisan yang menyimpang dari kaidah bahasa dan tidak sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan atau kamus besar bahasa Indonesia.
Pada dasarnya kesalahan berbahasa yang terjadi di masyarakat merupakan sebuah kebiasaan yang sudah melekat turun-temurun hingga sulit untuk dilepaskan. Ditambah bahasa keseharian lebih mudah dilafalkan dan kurangnya wawasan masyarakat tentang bagaimana bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan demikan terjadilah penulisan-penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan  benar.
Penulisan yang tidak sesuai dengan KBBI, EYD dapat kita jumpai di sekitar kita seperti pada spanduk, pengumuman, baliho, dan sebagainya. Kesalahan-kesalahan itu sering kita abaikan begitu saja, bahkan kita beranggapan itu tulisan yang benar. Padahal jika kita mengetahuinya tulisan-tulisan yang tidak sesuai dengan EYD dan KBBI harus segera kita benarkan dan jangan dibiarkab begitu saja. Karena jika dibiarkan akan terus membudaya ke anak cucu kita.
B.     Rumusan Masalah
Penulisan makalah ini mempunyai beberapa rumusan masalah yang akan dibahas diantaranya sebagai berikut :
1.      Analisis kesalahan berbahasa pada sepanduk, pengumuman, dan sebagainya di tempat-tempat umum
2.      Perbaikan kata atau kalimat dari sepanduk, pengumuman, dan sebagainya yang terdapat di tempat-tempat umum
3.      Pembinaan dan pengembangan yang harus dilakukan kepada masyarakat


C.    Tujuan Penulisan
1.      Disusun sebagai penganti UAS pada mata kuliah Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui kata dan kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang terdapat di lingkungan masyarakat.
3.      Mahasiswa mampu untuk memperbaiki kesalahan berbahasa di masyarakat dengan mensosialisasikan kaidah berbahsa yang baik dan benar.
4.      Mahasiswa mampu melakukan pembinaan secara khusus tentang bahasa yang baik dan benar kepada masyarakat.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Analisis dan Perbaikannya
1.      Kata “Praktek” pada sebuah plang dokter           
Gambar di bawah ini penulis dapatkan di sebuah gedung yang terletak dipinggiran jalan Sektor 1 BSD yang bersampingan dengan Taman Jajan BSD. Pada gambar di samping terdapat kata yang tidak sesuai dengan KBBI, yaitu kata “Praktek”. Kata “Praktek” bukanlah bahasa baku dan tidak memiliki arti, ketika penulis telusuri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Praktek” seharusnya “Praktik” yang memiliki arti pelaksanaan secara nyata , pelaksanaan pekerjaan, perbuatan menerapkan teori atau pelaksanaan. (KBBI. 2003:892).
2.      Kata “ Soup” dan “Ijo” pada sebuah spanduk tempat jajan
Pada gambar di samping jika kita lihat sepintas mungkin tidak terlihat sebuah kesalahan berbahasa, karena kita sering keliru dan menganggap itu hal yang lumrah dan biasa. Tapi ketika penulis perhatikan dan mencoba menganalisinya ternyata terdapat kata yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dan tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
         Dari gambar di atas terdapat kata yang tidak sesuai dengan EYD dan KBBI seperti kata “Soup” yang seharusnya “Sup”, yang mana menurut Kamus besar Bahasa Indonesia memiliki arti masakan berkuah dari kaldu yang diberi bumbu pala, lada, dan sebagainya (KBBI. 2003: 1107). Selain kata “Soup” pada gambar di atar juga terdapat kata “Ijo” yang sama halnya tidak sesuai dengan EYD dan KBBI. Kata “Ijo” seharusnya “Hijau” yang memiliki arti warna dasar yang serupa dengan warna daun (KBBI. 2003: 401).
3.      Kata “Cabe” dan “Ijo” pada sebuah spanduk warung jajan
Gambar di samping penulis ambil di Taman Jajan BSD, penulis merasa ada kata yang tidak sesuai dengan EYD dan KBBI, tentunya lagi dan lagi ketika penulis analisis ternyata benar kata “Cabe” yang buming ditelinga penulis bahkan masyarakat ternyata tidak sesuai denga EYD dan KBBI. Kata “Cabe” seharusnya “Cabai” dimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti tanaman perdu yang buahnya berbentuk bulat panjang dengan ujun meruncing, apabila sudah tua berwarna merah kecoklat-coklatan atau hijau, berisi banyak biji yang pedas rasanya. (KBBI. 2003 :183).
Tidak hanya kata “cabe” akan tetapi penulis lagi-lagi kembali menemukan kata “Ijo”. Sepertinya kata “Ijo” sudahlah tidak asing lagi dan menjadi bahasa keseharian di kalangan masyarakat. Padahal kata “Ijo” bukanlah bahasa Indonsia yang sesuai dengan EYD dan KBBI, malah lebih kepada bahasa daerah yaitu bahasa Jawa. Kata “Ijo” seharusnya “Hijau” yang memiliki arti warna dasar yang serupa dengan warna daun (KBBI. 2003: 401).
4.      Kata “Kwietiau” di sebuah spanduk kantin UMT
Spanduk yang tedapat di sebuah kantin Kampus Universitas Muhammadiyah Tangerang, ternyta tidak selurus yang penulis kira, ternyata masih ada kata yang salah dan tidak sesuai dengan EYD dan KBBI. Seperti Spanduk di warung Ibu Hani ini, terdapat kata “Kwietiau” dimana kata itu seharusnya “Kwetiau” yang memiliki arti mi yang pipih dan lebar (KBBI.2003 :620).
            Selain kata “Kwietiau” juga terdapat kata “Mie” yang mana kata ini tidaklah terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan tidak sesuai dengan EYD. Kata “Mie” seharusnya “Mi” yang memiliki arti bahan makanan dari tepung, bentuknya seperti tali, biasanya dimasak dengan cara digoreng atau direbus, diberi daging, udang, sayuran, bumbu, dsb (KBBI.2003: 741).
5.      Kata “Photo Copy” pada sebuah spanduk di kantin UMT
Pada Gambar di samping terdapat sebuah spanduk yang penulis dapatkan di kantin Kampus Universitas Muhammadiyah Tangerang. Pada Spanduk itu terdapat kata yang tidak sesuai dengan EYD dan KBBI yaitu kata “PHOTO COPY” secara sekilas mungkin kita anggap benar. Akan tetapi ketika penulis menyoba menganalisisnya ternyata kata “PHOTO COPY” yang tertera dalam spanduk itu seharusnya “Fotokopi” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti hasil reproduksi (penggandaan) fotografis terhadap barang cetakan (tulisan). (KBBI. 2003 :321).



BAB III
PEMBINAAN DAN PENGAMBANGAN
A.    Pembinaan
Bahasa Indonesia yang sudah berkembang di lingkungan masyarakat, bukanlah bahasa yang baku dan tidak semua terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bahasa keseharian atau biasa disebut dengan bahasa prokem, lebih dominan digunakan karena masyarakat lebih nyaman dan kurangnya pengetahuan tentang bahasa yang sesuai Ejaan yang Disempurnakan. Pembinaan yang bisa dilakukan untuk memperbaiki bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD dan KBBI dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut            :
1.      Pembinaan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah
2.      Pembinaan bahasa Indonesia pada mata plejaran lain
3.      Pembianaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga
4.      Pembinaan bahasa Indonesia di lingkungan masyarakat
Proses pembinaan harus dilakukan sejak dini, supaya bahasa Indonesia benar-benar tertanam dalam jiwa masyarakat Indonesia. Proses pembinaan tidak hanya kepada masyarakat yang masih berusia sekolah akan tetapi juga harus dilakukan kepada masyarakat yang notaben pendidikan bahasanya masih dangkal. Proses pembinaan kepada masyarakat bisa dengan bersosialisasi, memberikan contoh dengan cara berbahasa kepada mereka menggunakan bahasa yang sesuai dengan EYD dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
B.     Pengembangan
Proses pembinaan tidak akan lengkap jika tidak dikembangakan, yang akhirnya dari proses pembinaan menjadi sia-sia. Pengambangan bahasa Indonesia dapat kita lakukan dengan cara sebagai berikut :
1.      Membiasakan diri berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
2.      Mengenalkan bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD kepada masyarakat.
3.      Melakukan kerj sama dengan pihak sekolah, masyarakat untuk selalu menggunakan bahasa yang sesuai dengan EYD.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari berbagai penomena yang penulis dapatkan di masyarakat, dengan adanya berbagai kesalahan berbahasa. Dapat penulis simpulkan bahwa masih minimnya masyarakat Indonesia yang kurang pengetahuan dan mengabaikan bahasa Indonesia yang sesuai EYD dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Masyarakat Indonesia masih lebih senang menggunakan Bahasa Prokem dan mengabaikan bahasa baku.
B.     Saran
Demikianlah makalah ini penuli buat, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi para pembacanya seabgai kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi acuan untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca dan terkhusus buat kami. Amin.


DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2003 “Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan ke tiga”. Jakarta: Balai Pustaka.






























Lampiran 1
1.      Gambar 1














2.      Gambar 2













Lampiran 2
3.      Gambar 3










4.      Gambar 4








5.      Gambar 5


Senin, 12 Januari 2015

Singa Betina Banten

Singa Betina Banten

Ku dengar cerita si kerbau
Anakku diterkam singa betina
Simpati tak terelak lagi
Ku hampiri si kancil
Ladang wortelku dilahap singa betina
            Aku terdiam sejenak
            Aku duduk dan dihampiri kijang betina
            Lihatlah padang rumput di Serang
            Habis dimakan singa betina
            Membatulah aku
            Ada apa dengan Banten?

Banten, 23 Maret 2014

Didit Maulana

MAKALAH IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Kurikulum, bukan kata yang asing dalam dunia pendidikan. Pendidikan atau pembelajaran tidak lepas dari istilah ini, karena kurikulum adalah salah satu komponen dari pembelajaran. Dengan adanya kurikulum proses belajar dan pembelajaran akan berjalan secara terstruktur dan tersistem demi mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pengembangan kurikulum menjadi sangat penting sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan perubahan pada masyarakat.
Untuk mencapai tujuan mulia dari pembelajaran tersebut, maka para pengembang kurikulum terus berbenah dan melakukan evaluasi terhadap kurikulum yang diberlakukan. Sebagaimana yang akan dibahas di mkalah ini, kurikulum 2013 merupakan hasil pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ini bertujuan tidak lain untuk lebih memperbaiki lagi kualitas pendidikan yang ada saat ini.
Kurikulum 2013 ini adalah kurikulum terbaru yang implementasinya baru dimulai di lapangan mulai tahun 2013. Karena kurikulum ini masih sangat baru, maka sosialisasi pada masyarakat pun juga masih sedang berjalan sekarang ini. Oleh sebab itu, penyusun menyusun makalah yang berjudul “Implementasi dan Inovasi Kurikulum 2013” ini, disamping untuk mememnuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum, penyusun juga berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi wawasan kepada pembaca tentang kurikulum 2013.
  1. Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian kurikulum 2013 itu?
2.      Apa komponen-komponen Kurikulum 2013?
3.      Bagaimana Strategi Implementasi Kurikulum 2013?
  1. Pembahasan
1.      Mendeskripsikan tentang kurikulum 2013.
2.      Mendeskripsikan komponen-komponen Kurikulum 2013.
3.      Mendeskripsikan Strategi Implementasi Kurikulum 2013.





BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum terbaru yang diluncurkan oleh Departemen Pendidikan Nasional mulai pada Tahun 2013, sebagai bentuk pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mencangkup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Hal ini senada dengan apa yag ditegaskan dalam pasal 1 ayat 29 Undang-Undang no. 20 tahun 2003 bahwa kurikulum merupakan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum 2013 ini diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2013-2014 melalui pelaksanaan terbatas, khususnya bagi sekolah-sekolah yang sudah siap melaksanakannya. Pada Tahun Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas untuk Kelas I dan IV Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI), Kelas VII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Kelas X Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA/MAK). Pada Tahun Ajaran 2015/2016 diharapkan Kurikulum 2013 telah dilaksanakan di seluruh kelas I sampai dengan Kelas XII.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengaraakan peserta didik menjadi:
1.      Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
2.      Manusia terdidik yang beriman  dan bertaqwa kepada Allah Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
3.      Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk komponen-komponen sistem pendidikan itu sendiri. Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 diharapkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh dan seimbang, sesuai dengan standart kompetensi pada setiap jenjang pendidikan.
Karakter adalah gambaran tingkah laku yang dimiliki oleh seseorang yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan dan melekat pada diri seseorang. Orang yang berkarakter memiliki berbagai dimensi misalnya, dimensi sosial, fisik, emosi, dan akademik.
Jika disejajarkan dengan ranah Bloom, berarti manusia berkarakter memiliki ranah kognisi, afeksi, dan psikomotorik yang baik, ditambah dengan emosi, spiritual, ketahanan menghadapi masalah dan sosial.
Dengan demikian, perpaduan dua basis antara kompetensi dan karakter dalam kurikulum ini diharapkan siswa dapat meningtkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
Penddidikan karakter dalam kurikulum 2013 bukan hanya tanggung jawab sekolah semata, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak. Untuk mengefektifkan program pendidikan karakter dan meningkatkan kompetensi dalam kurikulum 2013 diperlukan kordinasi, komunikasi dan jalinan kerja antara sekolah, orangtua, dan pemerintah dalam semua sisi.
  1. Komponen-Komponen Kurikulum 2013
Pada hakikatnya kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (UU Sisdiknas). Berangkat dari definisi itu, kurikulum tersebut setidaknya ada tiga komponen penting yang ada dalam kurikulum yaitu komponen tujuan pendidikan, komponen proses, dan komponen evaluasi.
Pada masa reformasi ini pendidikan lebih diarahkan untuk menghasilkan manusia Indonesia yang berkarakter unggul. Manusia Indonesia yang memiliki integritas. Ini tentu untuk merespon baerbagai degradasi moral dan sosial seperti tindak korupsi yang semakin merajalela, penyalahgunaan narkoba, tawuran pelajaran, dan lain-lain. Selain tujuan pendidikan komponen lain yang harus ada dalam komponen kurikulum adalah proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam kurikulum. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran melibatkan banyak sub komponen seperti metode ataupun teknik pembelajaran, guru, buku ajara, dan kelengkapan pembelajaran yang lain.
Komponen-komponen inilah yang secara sinergis menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Proses pembelajaran merupakan pusat segala upaya perbaikan kualitas pendidikan nasional. Oleh sebab itu, seharusnya perhatian lebih dicurahkan kepada upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Namun perhatian sepertinya belum optimal terbukti dengan masih banyaknya sekolah dengan sarana dan prasarana seadanya saja. Sementara itu, komponen terakhir dalam kurikulum adalah evaluasi. Implementasi kurikulum perlu dievaluasi untuk melihat capaian yang telah terlaksana. Evaluasi merupakan proses review atas berbagai proses implementasi kurikulum



  1. Strategi Implementasi Kurikulum 2013
Dalam kurikulum 2013, guru dituntut untuk secara profesional merancang pembelajaran afektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan. Berkaitan dengan hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1.      Merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna.
Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum, dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek  pedagogis, psikologi, dan didaktis secara bersamaan.
2.      Mengorganisasikan pembelajaran.
Implementasi kurikulum 2013 menuntut guru untuk mrngorganisasikan pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pengorgsnisasian pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013, yaitu pelaksanaan pembelajaran, pengadaan dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan tenaga ahli dan sumber daya masyarakat, serta pengembangan dan penataan kebijakan.
3.      Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran.
Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learing), bermain peran, pembelajaran partisipatif (participative  teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning), dan pembelajaran konstruktivisme (constructivism teaching and learning).
4.      Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan karakter.
Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013 merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut maka kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standart, indikator hasil belajar, dan waktu yang harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran sehinga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar yang optimal. Dalam hal ini, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pada umumnya kegiatan pembelajaran mencangkup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.

Implementasi yang efektif merupakan hasil dari interaksi antara strategi implementasi, struktur kurikulum, tujuan pendidikan, dan kepemimpinan kepala sekolah. Oleh karena itu, pengoptimalan implementasi kurikulum 2013 diperlukan suatu upaya strategis untuk mensinergikan komponen-komponen tersebut, terutama guru dan kepala sekolah dalam membudayakan kurikulum.
Membudayakan kurikulum dapat diartikan bahwa implementasi kurikulum tersebut masuk dalam budaya sekolah, yang merefleksikan nilai-nilai dominan, norma-norma, dan keyakinan semua warga sekolah, baik peserta didik, guru, kepala sekolah, maupun tenaga kependidikan lain.



BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Dari penjelasan yang dipaparkan di atas, penyusun makalah ini menyimpulkan bahwa Kurikulum 2013 adalah bentuk pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum KTSP, yang implementasinya dimulai pada Tahun 2013. Kurikulum 2013 ini lebih menekankan kepada kompetensi dan karakter pada peserta didik. Dimana tujuannya untuk menjadikan manusia yang mampu menghadapi tantangan zaman, manusia terdidik yang beriman  dan bertaqwa kepada Allah Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dengan demikian untuk mewujudkan itu semua maka guru dituntut untuk secara profesional merancang Strategi pembelajaran afektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan.
  1. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi para pembacanya seabgai kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi acuan untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca dan terkhusus buat kami. Amin.














DAFTAR PUSTAKA
Nuh Muhammad, Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SD Kelas IV(Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjminan Mutu Pendidikan, 2013), hlm. 72.
            Nuh Muhammad, Modul Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP Bahasa Indonesia, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2014.
Salinan lampiran Permendikbud  no. 67 tahun 2013 tentang kurikulum  SD, hlm. 6.
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013). hlm. 65.
Intan (2013) “makalah implementasi kurikulum 2013” http:// intanelmumtaz. blogspot.com /2013/12/ makalah-implementasi-kurikulum-2013.html di akses pada 14-10-2014


MAKALAH PENGAJARAN KETRAMPILAN MEMBACA DI SEKOLAH

BAB 1
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan,  manusia membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya. Hal ini berarti bahwa manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya.Manusia perlu adanya interaksi berupa komunikasi untuk menghadapi berbagai persoalan dalam hidup ini salah satu komunikasi itu adalah lewat membaca agar kita  mampu mengetahui  informasi  yang terkandung didalam isibacaan, yang ditampilkam begitu beragam dalam media.
Kita harus menyadari bahwa membaca mempunyai peranan sosial yang sanagt penting dalam kehidupan manusia sepanjang masa. Mengapa demikian? Pertama, membaca itu merupakan suatu alat komunikasi yang sangat di perlukan dalam suatu masyarakat berbudaya. Kedua bahan bacaan yang dihasilkan dalam setiap kurun kurun zaman dalam sejarah sebagian besar dipengaruhiu oleh latar belakang sosial tempatnya berkembang itu. Ketiga, sepanjang masa sejarah yang terekam, membaca telah mebuahkan dua kutub yang amat berbeda. Kutub itu adalah di satu pihak dan di pihak lain.
Disatu pihak, membaca merupakan suatu pemersatu yang baik, karena cenderung mempersatukan  pengalaman umum yang seolah-olah dialami sendiri dan dengan menanamkan sikap-sikap, ide-ide, minat-minat, dan aspirasi-aspirasi umum. Dipihak lain, membaca itu telah bertindak sebagai suatu daya pemecah belah, yang senderung mempertajam perbedaan perbedaan-perbedaan antar  lompok sosial dengan jalan merangsang serta mempertebal perbedaan pendapat-pendapat mereka. Demikianlah ,membaca itu telah mebuahkan kutub-kutub yang baik yang kontruksif maupun destruksif. 


Kita sebagai calon guru dibidang bahasa dan guru harus belajar membaca dan mengajar secara intensif. Ini tuntutan profesi kita. Kita harus belajar membaca untuk menambah ilmu pengetahuan kita sendiri, dan kita harus mengajar membaca untuk menerapkan ilmu pengetahuan kita kepada para siswa disekolah sebagai penerus bangsa di masa yang akan datang.
  1. Perumusan masalah
Ada beberapa rumusan masalah dalam materi Keterlampilan Membaca ini, di antaranya adalah sebagai berikut :
1.      Hakikat dan pengertian Membaca.
2.      Apa saja yang termasuk tujuan dan aspek-aspek membaca.
3.      Apa saja yang termasuk Faktor-Faktor yang mempengaruhi membaca.
4.      Upaya Meningkatkan minat baca Anak didik.
5.      Apa saja yang termasuk dalam aneka jenis membaca.
  1. Tujuan
1.      Mengetahui Hakikat dan pengertian Membaca.
2.      Mengerti dan memahami Apa saja tujan dan  aspek-aspek membaca.
3.      Mengerti dan memahami Faktor-Faktor yang  mempengaruhi membaca.
4.      Mampu Meningkatkan minat baca Anak didik.
5.      Mengerti dan memahami Apa saja yang termasuk dalam aneka jenis membaca.







BAB II
PEMBAHASAN
  1. Hakikat Membaca
Membaca adalah salah satu dari empat keterlampilan berbahasa. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (hodgson dalam H.G Tarigan 1960 : 43-44).
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan berbicara dan menulis justru melibatkan penyadian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral languange meaning) yang mencakup perubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. (Anderson dalam H.G Tarigan 1972: 209 – 210).
Berdasarkan beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses berpikir yang termasuk didalamnya menceritakan, menafsirkan arti dan lambang-lambang tertulis dengan melibatkan penglihatan gerak mata, pembicara batin, dan ingatan.
  1. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intesif kita dalam membaca. Berikut ini, kita kemukakan beberapa hal yang penting :
a)      Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh.
b)      Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh.
c)      Membaca untuk menemukan serta mengetahui  apa yang terjadi pada setiap bagian cerita.
Sedangkan menurut Rahim (2008 : 11) mengutip pendapat balnton, dkk dan Irwin dalan Burns dkk (1996) menyebutkan tujuan membaca meliputi :
a)      Kesenangan
b)      Menyempurnakan membaca nyaring.
c)      Menggunakan strategi tertentu.
d)     Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik.
e)      Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya.
f)       Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis.
g)      Mengkonfirmasi atau menolak prediksi.
h)      Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain.
i)        Menjawab pertanyaan –pertanyaan yang spesifik.

C.     Aspek-aspek Membaca
Telah diutarakan sebelumnya  bahwa membaca merupakan suatu keterlampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterlampilan yang lebih kecil lainnya. Secara garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca yaitu :
a)      Keterlampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order).
Aspek ini mencakup :
1.      Pengenalan bentuk huruf;
2.      Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata , frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain);
3.      Pengenalan Hubungan/ korespondensi pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”);
4.      Kecepatan membaca taraf lambat.
b)      Keterlampilan yang bersifat pemahaman (compherension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order).
Aspek ini mencakup :
1.      Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal);
2.      Memahami signifikasi atau makna (a.l maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca);
3.      Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk);
4.      Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.  (Broughton  (et al) dalam H.G Tarigan 1978:211)
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca
A) Faktor umum yang Mempengaruhi Minat Membaca
Rounded Rectangle: INTERNALRight Arrow:                   Rounded Rectangle: Faktor yang berasal dari dalam diri siswaSecara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat baca siswa yaitu :

              
Rounded Rectangle: Faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Rounded Rectangle: EKSTERNAL
Right Arrow:
 


B) Faktor khusus yang Mempengaruhi Minat Membaca
Selain dipengaruhi oleh faktor umum yang telah disebutkan, ada juga secara khusus dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
Rounded Rectangle: Faktor 
Sosiologis
Rounded Rectangle: Faktor 
Sosiologis
Rounded Rectangle: Faktor 
Khusus
 






C) Faktor yang Mempengaruhi Minat Membaca menurut Pearson
Pearson mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan serta minat baca dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori, yakni :
a)         Faktor yang bersifat intrinsik (berasal dari dalam diri pembaca), antara lain meliputi kepemikiran kompetensi bahasa si pembaca, minat, motivasi, dan kemampuan yang membacanya.
b)         Faktor yang bersifat ekstrinsik (berasal dari luar pembaca), antara lain unsur-unsur yang berasal dari dalam teks bacaan (misal keterbacaan, organisasi teks, wacana) dan unsur-unsur yang berkenaan dengan fasilitas, guru, model pengajaran.
  (pearson dalam hafni, 1981: 2-3)
E. Upaya Meningkatkan Minat Membaca Anak Didik
      Setiap guru bahsa haruslah dapat membantu serta membimbing para pelajar untuk mengembangkan serta meningkatkan keterlampilan-keterlampilan yang mereka butuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan keterlampilan membaca itu antara lain :
a.    Guru dapat menolong para pelajar memperkaya kosa kata mereka dengan jalan :
1. memperkenalkan sinonim kata,antonim kata, parafrase,
2. memperkenalkan imbuhan, yang mencakup awalan,sisipan dan akhiran.
3. menjelaskan arti sesuatu kata abstrak dengan mempergunakan bahasa daerah atau bahasa Ibu pelajar.
b.   Guru dapat membantu para pelajar untuk memahami makna struktur-struktur kata,kalimat, dan sebagainya dengan cara-cara yang telah dikemukakan diatas, disertai latihan seperlunya.
c.    Kalau perlu guru dapat memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah peribahasa, dan lain-lain.
d.   Guru dapat menunjukan kalimat-kalimat yang kurang baik letak/ susunannya, dan menyuruh para pelajar untuk menempatkannya pada tempat/susunan yang tepat.
e.    Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca  para pelajar/siswa.
F. Teknik Pembelajaran Umum
1. Teknik Tanya Jawab
Dalam pelaksanaanya teknik tanya-jawab memiliki keunggulan, misalnya suasana kelas lebih hidup karena sambutan kelas akan lebih baik. Siswa tidak hanya mendengar ceramah saja. Dengan tanya-jawab, partisipasi siswa lebih besar dan mereka berusaha mendengarkan pertanyaan guru dengan baik dan mencoba memberikan jawaban yang tepat.
Adapun dari teknik jawab ini memacu siswa untuk belajar dan membaca materi yang akan di bahasa antara lain dengan cara :
1)      Materi yang akan dibahas dipersiapkan lebih dahulu atau paling tidak pernah dibaca.
2)      Guru mempersiapkan sejumlah pertanyaan yang akan diajukan kepada siswa.
3)      Siswa ditugasi untuk menyusun sejumlah pertanyaan yang dikaitkan dengan materi dalam pertemuan /tatap muka dan dilemparkan kepada siswa lain.
4)      Jawaban yang diberikan oleh siswa disimpulkan oleh guru dan disusun secara sistematis.
2. Teknik Pemberian Tugas
Teknik penugasan atau resitasi merupakan teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk yang telah dipersiapkan guru sehingga siswa dapat mengalami kegiatan belajar secara nyata.
Dalam teknik ini, diadakannya penugasan dalam pembelajaran pada umumnya, siswa tidak hanya diberikan kesmpatan melainkan siswa juga diberikan kesempatan untuk membaca materi yang akaon dikerjakan.






G. Aneka Jenis Membaca
1. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Membaca ektensif ini meliputi :
  1. Membaca survei (survey reading).
  2. Membaca sekilas (skimming).
  3. Membaca dangkal (superficial redaing).
1.1 Membaca survei
Sebelum kita mulai membaca, kita biasanya meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita telaah.Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, yang akan ditelaah, dengan jalan :
a.       Memeriksa, meneliti indeks—indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku;
b.      Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan;
c.       Memeriksa, meneliti bagian, skema,outline buku yang bersangkutan. Kecepatan serta ketetapatan dalam mensurvei bahan bacaan ini sangta penting; hal ini turut menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam studinya.
1.2 Membaca Sekilas
Membaca sekilas aytau skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penerangan. Kalau kita tidak tahu bagaimana cara membaca sekilas dan kapan harus melakukannya, kita akan mengahdapi kesulitan dalam mengikuti serta menyelesaikan bacaan yang diinginkan.
Ada tiga tujuan utama dalam membaca sekilas ini, yaitu :
a.    Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atatu artikel, tulisan singkat;
b.   Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan;
c.    Untuk menemukan/menepatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan. (albert  [el al]  Dalam H.G Tarigan 1961a : 30)
1.3 Membaca Dangkal
 Membaca dangkal atau suoerficial reading pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca superfisial ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatngkan kebahagiaan diwaktu senggang; misalnya cerita pendek, novel ringan, dan sebagainya. Dalam membaca, seperti halnya membaca karya-karya ilmiah, dapat dilakukan dengan santai tetapi menyenangkan (broughton [et al] Dalam H.G Tarigan 1978 : 92)
2. Membaca Intensif
                        Membaca intensif atau intensif reading adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan didalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuisioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte, dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh guru, baik dari segi isinya. Para pelajar atau mahasiswa yang berhasil dalam tahap ini secara langsung akan berhubungan dengan kualaitas serta keserasian opilhian bahan bacaan tesebut. (Brooks Dalam H.G Tarigan 1964 : 172-173) Yang termasuk ke dalam kelompok membaca intensif ini ialah :
  1. Membaca telaah isi (content study reading).
  2. Membaca telaah bahsa (linguistic study reading).



1. 1 Membaca Telaah isi
Membaca telaah isi terbagi atas :
1.      Membaca teliti;
2.      Membaca Pemahaman;
3.      Membaca kritis;
4. Membaca ide.
1.1.1 Membaca Teliti
Membaca teliti membutuhkan sejumlah keterlampilan, antara lain :
1)         Survei yang cepat untuk memperhatikan//melihat organisasi dan pendekatan umum.
2)         Membnaca secara seksama dan membaca ulang paragraf-paragraf untuk menemukan kalimat-kalimat jdul dan perincian-perincian penting.
3)         Peenmuan hubungan setiap paragraf denagn keseluruhan tulisan atau artikel.
1.1.2 Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding) yang dimaksudkan disini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami :
1)            Standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards);
2) Resensi kritis (critical review);
3) Drama tulis (Printed drama);
4) Pola-pola fiksi (patterns of fiction).




1.1.3 Membaca Kritis
            Kemampuan membaca pemahaman merupakan dasar bagi membaca kritis. Membaca kritis (critical reading) adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan ( Albert [et al] Dalam H.G Tarigan 1961b : 1).
1.1.4 Membaca Ide
            Mebaca ide ( reading for ideas) adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Dalam hal ini, ada suatu prinsip yang harus diingat selalu, yaitu bahwa suatu sumber yang kaya akan ide-ide merupakan dasar bagi komunikasi, dan anak-anak (kita juga) cenderung berbicara dan menulis dengan baiak kalau mereka penuh dengan ide-ide. Kita harus sadar,  sepanjang kehidupan banyak informasi yabng kita dapatkan berasal dariu bacaan.
Lebih terperinci lagi, apabila kita “membaca untuk mengethui : mengapa hal itu merupakan suatu judul atau topik yang baik; masalah apa yang terdapat dalam cerita itu, apa yang dipelajari oleh sang tokoh, dan merangkumkan apa yang dilakukan oleh sang okoh untuk mecapai maksudnya”, kegiatan serupa itu sering disebut reading for main ideas atau membaca untuk mencari ide-ide penting”.
(Anderson, Dalam H.G Tarigan 1972:214).
3. Membaca Literal
Menurut Burn, Reo dan Ross, (1996: 43) menyatakan bahwa: “Membaca pemahaman literal adalah membaca teks bacaan dan memahami isi bacaan tentang apa yang disebutkan di dalam teks secara tersurat Membaca literat merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti (meaning) yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya, pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna tersiratnya, baik dalam tataran antar baris apalagi makna yang terletak dibalik barisnya. 


            Dalam taksonomi membaca pemahaman, kemampuan membaca literal merupakan kemampuan membaca yang paling rendah, karena selain pembaca lebih banyak bersikap pasif juga tidak melibatkan kemampuan berpikir kritis. Dengan perkataan lain, ketika melakukan proses membaca, sang pembaca hanya berusaha menerima berbagai hal yang tersurat dari kata- kata yang dibacanya atau yang dikemukakan oleh pengarang. Oleh karena itu, untuk pengukuran pemahaman jenis membaca level ini, kita dapat menggunakan kata- kata kunci pertanyaan: apa, siapa, dimana atau kapan
4. Membaca Cepat dan Efektif
            Membaca cepat dan efektif  yaitu jenis membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaanya dengan demikian, seseorang dalam membaca tidak hanya kecepatan yang menjadi patokan namun juga disertai pemahaman dari bacaan. Di dalam membaca cepat, pembaca melakukan proses mekanik secara cepat dengan mengayunkan mata dari bagian bacaan kebagian bacaan yang lain secepat mungkin. Ayunan mata tidak lagi berirama dan tidak pelan, tetapi irama ayunan mata melompat dari kata kunci ke kata kunci yang lain, dari kalimat pokok ke kalimat pokok yang lain, dari  paragraf  utama ke paragraf utama yang lain atau dari hal yang penting ke hal penting lainnya. Bagian-bagian bacaan yang tidak penting dibaca secepat kilat atau hanya dilewati. Bagian-bagian yang penting dibaca lebih teliti.
Walaupun membacanya secepat mungkin, pembaca tetap tidak mengabaikan untuk memahami bacaan yang dibaca. Pemahaman yang diperoleh adalah pemahaman yang bersifat ekstern (luaran). Maksudnya adalah pembaca menangkap, mencari, atau memahami informasi-informasi yang bersifat umum atau pokok. Informasi-informasi yang bersifat detail tidak dipentingkan untuk dipahami karena pembaca tidak membutuhkan informasi tersebut. Hal itu dikarenakan informasi-informasi yang rinci sudah diketahui pembaca sebelum membaca atau informasi tersebut tidak diperlukan.
5. Metode/Teknik Membaca SQ3R
            Agar setiap aktivitas membaca yang dilakukan dapat berjalan efektif dan efisien, kiranya diperlukan teknik tertentu. Dalam hal ini, Francis P. Robinson dari Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat telah mengembangkan sebuah teknik membaca yang dikenal dengan sebutan SQ3R. Teknik ini bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.
            SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan dari langkah-langkah mempelajari teks atau buku yang terdiri dari :
(1) Survey; (2) Question; (3) Read; (4) Recite; dan (5) Review . 
Dengan merujuk pada pemikiran Muhibbin Syah (2003), di bawah ini akan diuraikan secara singkat langkah-langkah teknik membaca ini.
1. Survey

            Pada langkah yang pertama ini dilakukan penelaahan sepintas kilas terhadap seluruh struktur teks. Tujuannya adalah untuk mengetahui panjangnya teks, judul bagian (heading), judul subbagian (sub-heading), istilah, kata kunci, kalimat kunci, dan hal-hal lainnya yang dianggap penting dalam tulisan itu, sehingga diperoleh gambaran yang bersifat umum dari isi yang terkandung dalam buku atau teks. Dalam melakukan survey, dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri seperti stabilo (berwarna kuning, hijau dan sebagainya) untuk menandai bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian penting akan dijadikan sebagai bahan pertanyaan yang perlu ditandai untuk memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan yang akan dilakukan pada langkah kedua.
2. Question
            Langkah kedua adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan revelan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang-pendeknya teks, dan kemampuan dalam memahami teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari berisi hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin hanya perlu membuat beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya.

3. Read
            Langkah ketiga adalah membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini, membaca secara aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan yang telah disusun pada langkah kedua.
4. Recite
            Langkah keempat adalah menyebutkan atau menceritakan kembali jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Sedapat mungkin diupayakan tanpa membuka catatan jawaban sebagaimana telah dituliskan dalam langkah ketiga. Jika sebuah pertanyaan tidak terjawab, diusahakan tetap terus melanjutkan untuk menjawab pertanyaan berikutnya.Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik.
5. Review
            Pada langkah terakhir dilakukan peninjauan ulang atas seluruh pertanyaan dan jawaban sehingga diperoleh sebuah kesimpulan yang singkat, tetapi dapat menggambarkan seluruh jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Meski terkesan sangat mekanistik, tetapi membaca dengan menggunakan SQ3R ini dianggap lebih memuaskan,
karena dengan teknik ini dapat mendorong seseorang untuk lebih memahami apa yang dibacanya, terarah pada intisari atau kandungan-kandungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam suatu buku atau teks Selain itu, langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik ini tampaknya sudah menggambarkan prosedur ilmiah, sehingga diharapkan setiap informasi yang dipelajari dapat tersimpan dengan baik dalam sistem memori jangka panjang seseorang.
F.Membaca Skimming
            Skimming dilakukan dengan cara membaca judul bab, sub bab, dan beberapa alinea pertama dalam setiap bab-nya. Jika buku tersebut memuat kesimpulan dalam tiap bab, maka Anda dapat pula membaca sekilas ringkasan tadi.
            Fungsi skimming adalah mendapatkan ide utama tentang topik bacaan, bukan detailnya. Jadi skimming dapat dikatakan berhasil jika Anda bisa mendapatkan ide pokok dan bisa membayangkan apa yang dibahas dalam keseluruhan isi buku secara umum.
F.1 Fungsi Skimming
Selain untuk melakukan pembacaan sekilas, skimming juga berguna dalam banyak proses membaca lainnya. Adapun beberapa alasan mengapa skimming dapat dilakukan tanpa harus terlalu khawatir kehilangan makna adalah:
·         Kebanyakan kalimat hanya memiliki beberapa kata penting yang menjadi pembentuk strukturnya. Dengan menghilangkan kata-kata lain yang tidak terlalu penting, maka makna kalimat sudah dapat ditangkap tanpa harus kehilangan makna sesungguhnya. Pada kesempatan yang akan datang saya akan membahas hal ini yang dikenal pula dengan nama telegraphic reading.
·         Dalam bahan bacaan yang cukup tebal, tidak semua bagian memiliki tingkat kesulitan yang sama. Ada bagian tertentu yang memang relatif lebih ringan dan mudah dipahami dibandingkan dengan bagian yang lain. Bagian yang ringan dapat dibaca dengan sangat cepat lewat skimming sedangkan bagian yang lebih sulit dibaca secara lebih lengkap dan teliti.
·         Ada kata-kata tertentu yang sangat penting dan berperan dalam membentuk struktur kalimat yakni subjek dan predikat. Masing ingat pelajaran bahasa Indonesia dulu? Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (SPOK)? Dengan menguasai struktur kalimat dalam bahan bacaan dan menguasai terutama Subjek dan Predikat, maka inti bacaan sudah dapat dikenali.
Karena itu, berfokuslah pada kata benda dan kata kerja. Selain itu, kuasai pula kata-kata penghubung yang bisa mengubah makna kalimat secara nyata jika kata-kata tersebut dihilangkan. Kata-kata tersebut antara lain: tidak, bukan, meskipun, akan tetapi, sebaliknya, pada sisi yang lain, dst.
F.2 Proses Skimming
            Karena skimming berguna untuk mendapatkan gambaran umum suatu bahan bacaan, maka perlu koordinasi yang baik ketika melakukan skimming dengan otak yang aktif bertanya, menganalisa, membandingkan, serta membuat kesimpulan.
            Oleh karena itu, jangan dianggap skimming seperti membaca sambil lalu. Sebaliknya, dibutuhkan proses membaca aktif di mana semua indera yang terlibat bekerja, mulai dari mata, otak, bahkan indra lain seperti penciuman dan pendengaran. Membaca aktif adalah ketika Anda seolah-olah masuk ke dalam bahan bacaan itu sendiri dan bisa mendengar, mencium serta merasakan apa-apa yang dituliskan.
 G. Membaca Scanning
            Membaca tatap (scanning) atau disebut juga membaca memindai adalah membaca sangat cepat. Ketika seseorang membaca memindai, dia akan melampaui banyak kata. Menurut Mikulecky & Jeffries (dalam Farida Rahim, 2005), membaca memindai penting untuk meningkatkan kemampuan membaca. Teknik membaca ini berguna untuk mencari beberapa informasi secepat mungkin. Biasanya kita membaca kata per kata dari setiap kalimat yang dibacanya. Dengan berlatih teknik membaca memindai, seseorang bisa belajar membaca untuk memahami teks bacaan dengan cara yang lebih cepat. Tapi, membaca dengan cara memindai ini tidak asal digunakan. Jika untuk keperluan untuk membaca buku teks, puisi, surat penting dari ahli hukum, dan sebagainya, perlu lebih detil membacanya.
            Scanning atau membaca memindai berarti mencari informasi spesifik secara cepat dan akurat.Memindai artinya terbang di atas halaman-halaman buku. Membaca dengan teknik memindai artinya menyapu halaman buku untuk menemukan sesuatu yang diperlukan. Scanning berkaitan dengan menggerakan mata secara cepat  keseluruh  bagian  halaman  tertentu  untuk  mencari kata dan Frasa tertentu.
            Teknik membaca memindai (scanning) adalah teknik menemukan informasi dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang dibutuhkan, gerakan mata berhenti. Mata bergerak cepat, meloncat-loncat, dan tidak melihat kata demi kata.

G.1 Langkah-langkah Scanning
Perhatikan penggunaan urutan seperti ‘angka’, ‘huruf’, ‘langkah’, ‘pertama’, ‘kedua’, atau ‘selanjutnya’. Carilah kata yang dicetak tebal, miring atau yang dicetak berbeda dengan  teks  lainnya. Terkadang penulis menempatkan kata kunci di batas paragraph Langkah atau proses scanning yang lain yakni. Scanning dilakukan dengan cara:
(1) Menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur ke bawah menemukan informasi yang telah ditetapkan,
(2) Setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk menemukan keterangan lengkap dari informasi yang dicari.
(3) Pembaca dituntut memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan karakteristik yang dibaca (misalnya, kamus disusun secara alfabetis dan ada keyword di setiap halaman bagian kanan atas, ensiklopedi disusun secara alfabetis dengan pembalikan untuk istilah yang terdiri dari dua kata, dan sebagainya).






H .Model-model Membaca
H.1 Model Membaca Atas-Bawah (MMAB)
Model Membaca Bawah Atas (MMBA) atau bottom-up merupakan model membaca yang bertitik tolak dari pandangan bahwa yang mempunyai peran penting (primer) dalam kegiatan atau proses membaca adalah struktur bacaan,
sedangkan struktur pengetahuan yang dimiliki (didalam otak)  pembaca mempunyai peran sampingan (sekunder).
Pembaca bergantung sekali pada bacaan. Dalam membaca, pembaca melakukan penyandian kembali simbol-simbol tertulis sehingga mata pembaca selalu menatap bacaan. Hasil penyandian kembali dikirim ke otak melalui syaraf visual yang ada dimata untuk dipahami. Karena sistem atau cara kerja berawal dan bergantung pada bacaan yang berada di bawah dan baru dikirimkan ke otak yang berada di atas, sistem membaca seperti itu dinamakan model membaca bawah atas (MMBA).

Apabila di bagankan model membaca bawah atas adalah sebagai berikut :
Model Membaca Bawah Atas (MMBA) : 
Bacaan -->> Mata -->> Otak
1.   Otak pembaca mengendalikan mata untuk melihat (membaca) lambang-lambang penafsiran grafis seperlunya saja sesuai yang dibutuhkan.
2.   Rangsangan yang berupa lambang-lambang grafis yang telah dipilih diteruskan oleh syaraf mata ke otak.
3.   Pembaca memberi penafsiran (pemahaman) dari bacaan yang dibaca berdasarkan kompetensi kognitif dan kompetensi bahasa yang dimilikinya.
Tokoh yang menjadi perintis MMAB adalah Goodman, Smith, Shuy, dan Nutall.







H.2 Model Membaca Timbal-Balik
            Model membaca ini menerapkan antara sistem kerja MMBA dan MMAB secara serentak dalam membaca sebuah bacaaan yang berlangsung secara timbal balik yang bersifat simultan. Tokoh yang mengembangkannya yaitu Rumelhart.     Kekurangan dari model MMTB ini antaralain tidak menyinggung aplikasi dan masalah pra membaca yaitu kondisi seseorang sebelum membaca bacaan. Serta model ini tidak menarik karena tidak ada hal yang baru, terutama bagi guru.

















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Membaca Suatu Keterampilan
1.      Membaca adalah suatu keterampilan (skill)
2.      Keterampilan membaca merupakan salah satu bagian dari keterampilan berfikir
3.      Keterampilan berfikir adalah keterampilan mengolah informasi yang masuk dalam kognisi/otak manusia.
4.      Kemampuan mengolah informasi sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan individu.
5.      Pengetahuan individu berpengaruh besar terhadap interpretasi hasil bacaan.
6.      Tingkat pengetahuan individu menentukan kualitas interpretasi bacaan.
7.      Isi materi bacaan pada beberapa buku bisa bersifat berjenjang.
8.      Ada buku yang bersifat dasar atau pengantar dari suatu teori dan ada buku yang pembahasannya lebih mendalam dari teori sebelumnya.
9.      Ada pula buku bacaan yang saling menjelaskan suatu teori atau pembahasan.
10.  Kemampuan membaca suatu teori atau bahasan merupakan suatu skill.
11.  Skill dapat dibentuk melalui suatu proses latihan yang terus menerus.
12.  Keterampilan membaca dapat dilatih melalui seringnya banyak membaca.
B.     SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi para pembacanya seabgai kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi acuan untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca dan terkhusus buat kami. Amin.








DAFTAR PUSTAKA
Tarigan,H.G 1979.Revisi 2008, Membaca Sebagai Suatu Keterlampilan Berbahasa,
            Bandung : Angkasa
Sunarti, Subana. 2011, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, Bandung : Pustaka Setia

_____,2012  pengertian-membaca-scanning, sumberhttp:// hermabastra09. blogspot.com/2012/06/ pengertian-membaca-scanning.html di induh pada 27 Oktober 2014.
_____,2009  pengertian membaca skimming, sumber http://www.muhammadnoer.com /2009/07  
/teknik-membaca-skimming. html di unduh pada 27 Oktober 2014
_____,2008  teknik membaca sq3r, sumber :http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/06/24/teknik-membaca-sq3r/ di unduh pada 27 Oktober 2014

_____,2012  membaca literal, sumber :http://ryanyulipurnami.blogspot.com/2012/10/membaca-literal.html di unduh pada 27 Oktober 2014


Haryadi, M.Pd, 2008 Retorika Membaca Model, Metode, dan Teknik, Semarang : Rumah Indonesia, hal 18