Minggu, 01 Juni 2014

Prabowo "Yes" Jokowi "No"

Prabowo “Yes” Jokowi “No”
Dalam kehidupan politik di Indonesia ini, kita selaku masyarakatnya harus bisa memajukan bangsa kita agar bisa bersaing di kancah Internasional dan merebut kembali julukan Macan Asia yang diberikan oleh Negara-negara besar di Dunia pada awal-awal Kemerdekaan. Perlu kita ketahui bahwa pada umumnya masyarakat Indonesia benar-benar sudah merasa geram dengan semua kasus-kasus yang tidak pernah kelar dan tak berhujung, kenapa demikian? Masyarakat kecilpun sebetulnya jika ditanya seperti itu pasti bisa menjawab. Jangankan masyrakat kecil, anak sekolahpun sudah sangat pintar untuk menjawab persoalan seperti ini. Jawabannya sangat mudah “tidak adanya ketegasan hukum di Indonesia” satu kalimat yang sangat singkat dan padat dan jelas maknanya. Jika kita lihat kebelakang banyak kasus-kasus yang tidak tuntas di Negara Garuda ini, mungkin tidak aneh dan sangat populer di telinga pembaca, karena kasus-kasus ini selalu disiarkan dimedia cetak maupun televise. Contohnya kasus Munir, Gayus Tambunan, Hambalang, Bank Indonesia, dan kasus-kasus Korupsi yang masih banyak lagi, memang bisa kita akui bahwa kasus korupsi banyak yang tertangkap akan tetapi hukuman yang diberikan tidak membuat sang pelaku jera dan yang lebih parah kasus ini semakin bertambah setiap tahunnya. Bagaimana sang pelaku jera orang hukumannya juga paling lama hanya lima tahun hukuman kurungan, itu pun diberikan fasilitas yang sangat memadai seperti ada kulkas, televisi, radio, DVD, dan perlengkapan tidur berkulitas Hotel Bintang Lima.
            Beralih dari kasus-kasus korupsi yang tidak ada ujungnya, penulis sendiri merasa sangat prihatin dengan keadaaan kita sebagai bangsa yang sudah merdeka dan diakui oleh Negara-negara besar di kancah Internasional. Kenapa penulis prihatin? Mari kita lihat pembangunan di bumi pertiwi ini, siapakah yang lebih mengambil andil dalam proses mengembangkan Indonesia ini? Dari semenjak diberlakukannya Ekonomi Global di Indonesia pada Tahun 2009, semua perusahaan-perusahaan besar di Negara Garuda ini diambil alih sahamnya oleh orang-orang pendatang seperti Negara Cina, Amerika, Jepang, Belanda, jerman dan lain sebagianya, seperti perusahaan Tambang Emas di Papua yang dikusasi oleh Orang Amerika Serikat. Kita salaku tuan rumah hanya dijadikan budak semata, dalam arti, secara hukum kita sudah merdeka, akan tetapi secara ekonomi kita masih dijajah oleh Negara-negara Asing.
            Bila kita melihat semua realita ini, memang sangat miris jika kita rasakan, akan tetapi kita janganlah duduk santai dan merasa ini urusan orang atas dan pemerintah, kita juga selaku masyarakat, harus campur  tangan untuk merubah kehidupan bangsa kita ini, Macan Asia harus mengaum kembali dan merebut hak-hak kita yang sudah digenggam oleh orang-orang Asing yang menguasai hampir seluruh perusahaan besar di Indonesia. Timbulah pertanyaan dalam benak kita semua, apa yang bisa kita lakukan? Sedangakan kita ini hanya orang kecil yang tidak berdaya, hukum di Negara ini bisa dibeli, kita tak punya cukup uang membeli hukum, hanya orang-orang yang berduitlah yang bisa berkuasa. Inilah Indonesia semua bisa dibeli bahkan hukum yang berkuasapun tak berdaya dengan uang. Ada apa ini dengan hukum di Indonesia? Siapa yang bisa menjawab semua persoalan yang semakin berlarut ini? Padahal para Pahlawan rela berkorban untuk kemerdekaan Negara tercinta kita ini, kenapa ko para pemimpin malah seenaknya bertindak pada hukum kenapa?
            Dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul di masyarakat, sebetulnya inilah saatnya kita menjawab sendiri. Marilah kita renungkan, kita akan dihadapi dengan dengan pemilihan Capres dan Cawapres periode 2014-2019 kita perlu pemimpin yang tegas, berwibawa, dan tak gentar dengan Negara-negara lain. Dari judul di atas “Prabowo “Yes” Jokowi “No” maksudnya sangat jelas Prabowolah yang yang lebih pantas untuk menjadi sang pemimpin Indonesia selanjutnya, kenapa demikian? Jika kita lihat dari sejarahnya sang Proklamator Bapak Presiden pertama di Indonesia Ir.Soekarno berlatar belakang TNI, pada masanya Indonesia sangatlah di segani oleh negara-negara besar di Dunia, berlanjut dengan presiden ke-2 kita, Bapak Jendral Soeharto pada masanya masyarakat merasa aman dan tentram di bawah kepemimpinannya walaupun diakhiri dengan kudeta karena berbagai macam masalah, akan tetapi masalah ketegasan tidak dapat kita ragukan lagi.
Sekarang waktunya kita memilih pemimpin yang benar-benar tegas, jika kita melihat ketegasan antara Prabowo dengan Jokowi tentunya Prabowo lebih tegas dan berwibawa, kenapa Prabowo bisa dikatakan lebih tegas ? ini jawabanya “Prabowo berlatar belakang TNI, siapa yang meragukan ketegasan dan kedisiplinan dalam TNI, tentu kita semua tahu dengan peraturan yang diterapkan Tentara Nasional Indonesia, Prabowo sebagai ketua umum Ikatan Pencak Silat Indonesia, dalam pencak silat semua dikemas dengan kedisiplinan dan ketegasan, pastinya seorang ketua umum IPSI, Prabowo Subianto tidak dapat diragukan lagi ketegasannya oleh kita semua. Berlawanan dengan sang sosok Jokowi yang berlatar belakang dari sejana kehutanan, dan pengusaha mebel. Dari tampangnya saja sangat meragukan, memang dia ini sering melaksanakan blusukan-blusukan akan tetapi langkah ini banyak yang mencelanya karena tidak percaya kepada bawahannya sendiri. Kalau kata Roma Irama “Sungguh Terlalu” perlu kita ketahui di belakang sosok Jokowi berdirilah Ratu Magawati sang pelopor kontrak untuk para buruh di Indonesia. Untuk itu marilah kita menjadi pemilih yang cerdas jangan mau dipimpin oleh sosok yang bisa di kendalikan oleh orang lain, pilihlah pemimpin yang jelas ketegasannya. Dan tidak bisa dikendalikan oleh orang lain bahkan tunduk dengan orang-orang asing.